Potensi ‘Cuan’ Hak Siar Piala Dunia 2022, Segini Pendapatan FIFA hingga Vidio
Dampak dari Analog Switch Off (ASO), streaming layanan berbayar seperti Vidio.com menjadi alternatif bagi penonton.
IDXChannel - Federasi sepak bola dunia atau FIFA telah mencetak sejarah pada tahun ini. Pada gelaran Piala Dunia Qatar 2022, FIFA memperluas akses untuk liputan melalui TV maupun secara daring lebih dari 140 wilayah di seluruh dunia.
Kebijakan FIFA ini diklaim belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Piala Dunia,
FIFA disebut telah mengantongi pendapatan sebesar USD3 miliar dari pendapatan hak siar Piala Dunia ini. Jumlah ini disebut merupakan yang terbesar dari berbagai sumber pendapatan FIFA.
Menutip worldcupglory.com, Piala Dunia FIFA adalah turnamen olahraga paling menguntungkan di dunia.
Sejak musim perdananya pada tahun 1930, ajang sepak bola antar negara ini telah meraih popularitas yang luar biasa dan kini menjadi salah satu turnamen unggulan dalam ajang olahraga dunia.
Dengan keterlibatan teknologi dan inovasi, kesepakatan hak penyiaran telah menyebabkan popularitasnya mencapai tingkat tertinggi karena masyarakat dari seluruh dunia dapat menonton pertandingan secara langsung.
FIFA Cuan Jumbo Dari Hak Siar Piala Dunia
Sejak 2002, hak siar Piala Dunia telah meningkatkan keuntungan FIFA secara signifikan. Mengutip Worldcupglory.com, Qatar diproyeksikan menjadi gelarang yang paling mendatangkan pendapatan dari hak siar saja sebesar USD6,5 miliar atau setara Rp 102,2 triliun (Kurs Rp 15.723,8 terhadap dolar AS).
Angka ini meningkat dari gelaran Piala Dunia 2018 Rusia yang hanya mencapai USD5,2 miliar. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tercatat kesepakatan hak siar Piala Dunia juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan naiknya nilai kesepakatan tersebut, FIFA berhasil meraup pendapatan USD2,6 Miliar dari piala dunia 2006 yang berlangsung di Jerman hanya dari royalty hak siar.
Sementara itu, Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan menjadi momentum untuk pertama kalinya streaming HD diperbolehkan. FIFA memperoleh pendapatan besar sebesar USD4,2 miliar.
Edisi selanjutnya terjadi pada tahun 2014 di Brazil dimana Jerman menjadi juara setelah mengalahkan Argentina. Di tahun ini, FIFA menerima pendapatan USD4,8 miliar.
Pada Piala Dunia 2018 dengan Rusia sebagai tuan rumah, FIFA telah menandatangani kesepakatan liputan TV yang dan menghasilkan USD5,2 miliar dari streaming pertandingan di seluruh dunia, atau USD400 juta lebih banyak dibanding Piala Dunia 2014.
Di Amerika Serikat, Fox dikabarkan membayar USD425 juta untuk memenangkan hak siar Piala Dunia 2018 dan 2022. Sementara kompetitornya, Telemundo membayar sekitar USD600 juta untuk hak bahasa AS berbahasa Spanyol. Jika dikalkulasi, pendapatan FIFA dari pembayaran hak siar dua perusahaan media saja sebesar USD1,25 miliar.
Sementara di Indonesia, perusahaan yang memegang hak siar perhelatan piala dunia 2022 adalah PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Tercatat, ada empat stasiun TV dari emiten ini yang menayangkan pertandingan Piala Dunia 2022, yaitu Indosiar, SCTV, Mentari TV dan Moji.
Belum diketahui berapa ‘kocek’ yang harus dikeluarkan SCMA dan EMTEK untuk mendapatkan hak siar Piala Dunia 2022. Jika melihat perbandingan dengan Fox dan Telemundo, tentu besarannya tidak akan terlalu jauh.
Berkah untuk Platform OTT?
Gelaran Piala Dunia Qatar 2022 yang sedang berlangsung juga berpotensi membuat cuan bagi perusahaan TV hingga layanan streaming berbayar Tanah Air.
Tak hanya melalui TV konvensional, siaran Piala Dunia juga ditayangkan melalui platform Over The Top (OTT).
Adalah PT. Vidio dot com (Vidio.com), satu platform OTT milik Grup EMTEK atau PT. Elang Mahkota Teknologi (EMTK) yang juga masih menaungi SCMA.
Mengingat dampak dari Analog Switch Off (ASO), banyak penonton mengalami kesulitan mengakses layar TV konvensional, walau sudah membeli Set Top Box (STB).
Dampaknya, untuk menikmati Piala Dunia 2022, streaming layanan berbayar seperti Vidio.com menjadi alternatif bagi penonton.
Melalui penayangan Piala Dunia 2022 pada platform media miliknya, Vidio membidik peningkatan jumlah pelanggan hingga 4 juta di platform bebayarnya.
Mengutip Daily Social, hingga penutupan Q4 2021 Vidio telah mengalami peningkatan jumlah monthly active users (MAU) mencapai 62 juta pelanggan. Di antara basis penggunanya, 2,3 juta di antaranya adalah pengguna berbayar.
“Vidio menutup Q1 2022 dengan pertumbuhan pelanggan berbayar 1,9x dibandingkan Q1 2021," kata Managing Director Vidio, Monika Rudijono, mengutip DailySocial.id.
Sementara berdasarkan laporan Media Partner Asia Q4 2021, Vidio mendapatkan peringkat nomor wahid untuk OTT di Indonesia. Penilaian ini didasarkan pada MAU dan durasi tonton para penggunanya. Sementara itu untuk jumlah pelanggan berbayar, Vidio ada di peringkat tiga setelah Netflix dan Viu.
Namun, berdasar data dari JustWatch, pangsa pasar layanan streaming kuartal pertama 2022 di Indonesia masih dikuasai oleh Netflix sebesar 23% disusul oleh Disney+ sebesar 21%, iflix 14%, viu 11%, HBO GO 10%, Prime Video 7%, sedangkan Vidio hanya 5%.
Sementara itu, hingga kuartal tiga (Q3) tahun ini, perusahaan induk Vidio, Grup EMTEK berhasil meraup pendapatan bersih sebesar Rp11 triliun atau naik 15% year on year (yoy) dari tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar Rp 9,59 triliun.
Secara keseluruhan, perusahaan juga mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar Rp8,27 triliun, naik 24% pada Q3 tahun ini dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,66 triliun. Adapun beban umum administrasi naik mencapai 28,8% serta beban penjualan naik mencapai 96,1%.
Adapun, laba bersih EMTK mencapai Rp5,5 triliun per 9 bulan pertama 2022.
Untuk SCMA, hingga akhir September 2022 mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp4,95 triliun atau meningkat 12,77% yoy.
Akan tetapi, SCMA mencatatkan penurunan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp830,77 miliar pada Q3 tahun ini. Angka ini menurun 28,06% dari Rp1,06 triliun dibanding tahun sebelumnya.
Kondisi keuangan ini mengindikasikan belum tentu gelaran Piala Dunia 2022 dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan, termasuk peningkatan jumlah pengguna OTT. Mengingat persaingan bisnis di sektor ini cukup ketat.
Jika gelaran Piala Dunia 2022 berakhir, Vidio dan platform OTT lainnya masih perlu mengembangkan konten yang lebih segar untuk menarik subscriber. Meskipun tidak dimungkiri, acara olahraga semacam Piala Dunia 2022 memiliki magnet yang cukup besar untuk meningkatkan langganan. (ADF)