Prabowo Ambisi Terapkan B50 di Akhir 2024, tapi Masih Banyak PR
Presiden Terpilih, Prabowo Subianto berambisi menerapkan kebijakan biodiesel 50 persen (B50) di akhir 2024 atau awal 2025.
IDXChannel - Presiden Terpilih, Prabowo Subianto berambisi menerapkan kebijakan biodiesel 50 persen (B50) di akhir 2024 atau awal 2025.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengatakan, pemerintah hingga saat ini berkomitmen untuk terus mengembangkan biodiesel.
Namun diakuinya, masih ada beberapa pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan sebelum benar-benar mengimplementasikan bahan bakar campuran sawit tersebut dengan persentase 50 persen.
PR pertama adalah uji mesin untuk menjajal biodiesel B50 dan B60, baik kepada mesin produk otomotif maupun non otomotif yang telah dilakukan sejak Juli hingga Desember 2024.
"Sampai Oktober ini saja, kita uji teknis spesifikasi B50, nanti diselipkan juga yang B60. Ini tinggal uji proporsi, uji mesin," kata Eniya dalam acara Temu Media di Ditjen ESDM, Jakarta, Senin (9/9).
Kemudian pekerjaan rumah kedua, pemerintah harus membuat produk biodiesel menjadi hydrotreated vegetable oil (HVO) yang pastinya membutuhkan investasi besar.
"Di sini juga ada isu HVO. Ini harus dicapai dulu karena Solar kita masih high sulfur, kalau mau Euro 4 itu harus naik. Ini harus di-adjust juga, ini agak mahal, perlu investasi HVO, dari palm oil juga. Nanti yang buat adalah Pertamina," kata Eniya.
Eniya menambahkan, dengan peningkatan kualitas itu butuh penguatan infrastruktur, di industri nabati, dan Solarnya yang juga membutuhkan waktu serta investasi.
Selanjutnya, untuk infrastruktur perlu peningkatan pendukung, baik di sisi Badan Usaha (BU) BBN dan BBM yang membutuhkan waktu dan investasi. Hal ini juga diperlukan penambahan investasi untuk HVO dan biodiesel.
Eniya menerangkan, dengan tambahan kandungan minyak nabati dalam B50 dan B60, maka perlu dipastikan juga stok minyak kelapa sawitnya bertambah.
Menurutnya, butuh dua kali lipat produksi kelapa sawit untuk mengejar kebutuhan B50 dan B60. Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), katanya, perlu dioptimalkan untuk menguatkan produksi kelapa sawit.
"Feedstock sumber CPO, kita perlu ada peningkatan produktivitas on farm kelapa sawit, maka dana PSR sangat dibutuhkan, harus ada intensifikasi lahan," kata Eniya.
(Fiki Ariyanti)