Prabowo-Gibran Targetkan Pertumbuhan Ekonomi RI Melesat 8 Persen, Ini Respons INDEF
INDEF merespons soal target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditetapkan Prabowo-Gibran bisa tumbuh 8 persen dalam tiga tahun sejak menjabat.
IDXChannel - Wakil Direktur Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto merespons soal target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditetapkan Prabowo-Gibran bisa tumbuh 8 persen dalam tiga tahun sejak menjabat.
"Kalau kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, sebetulnya pertumbuhan ekonomi kita itu jalurnya di 5%-an. Upaya akselerasi perekonomian itu sudah coba dilakukan oleh Pak Jokowi tapi memang sejauh ini capaiannya itu hanya 5%," kata Eko dalam program Market Review yang ditayangkan di YouTube IDX Channel pada Senin (20/5/2024).
Eko menyebut untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen tidak semudah membalikan telapak tangan.m Menurutnya, ada banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, terlebih jika melihat pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh pemerintahan sebelumnya, yang hanya di angka 5,2% saja, masih sulit untuk direalisasikan.
"Dan kemarin juga dihantam pandemi Covid-19 yang kemudian membuat rencana-rencana untuk akselerasi juga akhirnya tertunda. Dan kalau kita review lagi di terutama ini di triwulan 1, sebetulnya tren arah pertumbuhan kita melambat. Target di 5,2% capaiannya hanya 5,11%, masih di bawah target," tambahnya.
Namun demikian, Eko mengungkap meski target pertumbuhan ekonomi Indonesia di pemerintahan Prabowo - Gibran terbilang sangat tinggi, bukan berarti itu mustahil untuk dicapai. Ia menilai target bisa diraih asal ada upaya dan gebrakan baru.
"Kalau kita hanya bisnis as usual sudah pasti enggak akan dicapai ya. Memang perlu gebrakan baru dari pemerintahan Pak Prabowo yang bisa menawarkan sesuatu yang kira-kira bisa lebih akseleratif dari periode sebelumnya," ujar Eko.
"Dan kalau menurut saya sih strategi untuk memilih pangan, saya rasa memang sektor pertanian ini harus diakselerasi dalam konteks banyak hal terutama untuk pemenuhan pangan di dalam negeri. Tapi memang kalau tidak cukup akseleratif tentu menghasilkan 8% ini masih sangat sulit ya dalam beberapa tahun ke depan," pungkasnya.
(SLF)