Prasasti Sebut Ekosistem Digital GoTo Punya Nilai ICOR Rendah, Ini Dampak ke Ekonomi RI
Nilai ICOR ekosistem GoTo berdasarkan estimasi Prasasti mencapai 2,3. Hal ini mencerminkan ekosistem digital GoTo jauh lebih efisien.
IDXChannel - Ekosistem digital dinilai dapat menjadi tumpuan target pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8 persen untuk jangka panjang. Ekosistem digital terbesar di Indonesia yaitu GoTo menjadi salah satu studi kasus yang disorot karena mampu meningkatkan output perekonomian dari setiap investasi yang dilakukan dengan efisiensi yang tinggi.
Dalam acara peluncuran riset yang bertajuk ‘Unlocking Value of Indonesia’s Digital Economy to Foster 8persen Sustainable Growth’, Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) menggunakan ekosistem digital GoTo sebagai studi kasus.
Fokus penekanan dalam kajian tersebut adalah nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia dan sektoral. Selama ini apa yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah biaya investasi yang mahal.
Nilai ICOR Indonesia cenderung naik dari waktu ke waktu yang menunjukkan adanya inefisiensi dalam investasi. Namun, apabila dilihat secara sektoral, ekonomi digital berpotensi menjadi tumpuan target pertumbuhan ekonomi karena secara investasi lebih efisien.
Ekonomi digital memiliki ICOR 4,3 atau lebih rendah dibanding ICOR nasional yang mencapai 6,6. Secara sederhana untuk meningkatkan ouput ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB), sebesar 1 unit membutuhkan investasi sebesar 4,3 unit untuk kasus ekonomi digital dan 6,6 unit untuk skala nasional.
Efisiensi investasi yang tinggi membuat Prasasti Center for Policy Studies merekomendasikan sektor ini untuk diprioritaskan dan diperkuat untuk pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Dengan mendorong dan memfasilitasi perkembangan ekonomi digital, berbagai lapisan masyarakat dapat merasakan dampaknya secara langsung. Ini dapat pula memperluas akses pasar, keuangan, dan teknologi. Dampaknya dapat terasa pada konsumen, para pedagang, pelaku UMKM dan pekerja informal,” kata Board of Advisors Prasasti Burhanuddin Abdullah dalam keterangan resmi, Selasa (12/8/2025).
Di sisi lain, lembaga riset tersebut juga menggunakan ekosistem digital GoTo sebagai studi kasus. Nilai ICOR ekosistem GoTo berdasarkan estimasi Prasasti mencapai 2,3. Hal ini mencerminkan ekosistem digital GoTo jauh lebih efisien dalam mengkonversi tambahan investasi menjadi output.
“Ekonomi digital sekitar 64 persen lebih efisien dibandingkan rata-rata ICOR dari 17 sektor di Indonesia, di mana GoTo sekitar 81 persen lebih efisien dibandingkan ICOR dari ekonomi digital,” tulis laporan riset tersebut.
Prasasti memperkirakan ekosistem digital GoTo nilainya mencapai Rp606 triliun pada 2024 atau tumbuh 19 persen per tahun jika dibandingkan dengan 2020 yang nilainya capai Rp297 triliun.
Dari skala ekosistem yang besar tersebut, dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh ekosistem GoTo mencapai Rp481 triliun atau berkontribusi sekitar 2,2 persen PDB Indonesia pada 2024.
“ICOR ekosistem digital GoTo tercatat sebesar 2,3, atau sekitar 87 persen lebih efisien dibanding rata-rata ICOR ekonomi digital yang mencapai 4,3,” kata Research Director Prasasti Gundy Cahyadi.
Dia menambahkan, kontribusi perusahaan teknologi lokal seperti GoTo berdampak sosial nyata melalui penciptaan lapangan kerja hingga peningkatan pendapatan dan perluasan inklusi keuangan bagi UMKM dan pekerja informal.
“Hasil riset memperlihatkan transformasi struktur ekonomi nasional yang semakin bertumpu pada digitalisasi. Inilah alasan mengapa dukungan pemerintah melalui kebijakan dan insentif yang mendukung penguatan industri dan ekosistem digital lokal sangat diperlukan sebagai strategi pemerataan dan pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Gundy.
Dampak langsung GoTo ke ekonomi nasional mencapai Rp355 triliun, sedangkan dampak tak langsung mencapai Rp125 triliun.
“Dari perspektif sektoral, kontribusi utama GOTO dapat dirasakan pada sektor TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) serta jasa keuangan, sejalan dengan visi dan misi GOTO dalam mendigitalkan dan menghubungkan layanan keuangan nasional, yang juga mencakup penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor yang terdampak,” tulis laporan riset tersebut.
(Dhera Arizona)