Probabilitas AS Alami Resesi di 2024, Seberapa Besar?
Kekhawatiran resesi telah meningkat akibat kenaikan tajam suku bunga dan ketidakpastian pasar.
IDXChannel - Kekhawatiran resesi telah meningkat akibat kenaikan tajam suku bunga dan ketidakpastian pasar. Sejumlah lembaga mengeluarkan proyeksi soal probabilitas Amerika Serikat (AS) mengalami resesi di 2024 mendatang.
Mengutip Visual Capitalist, Selasa (5/12/2023), mengingat betapa tangguhnya ekonomi AS, semakin banyak investor yang mulai mengantisipasi peluang yang lebih besar untuk "soft landing", di mana bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi tanpa menimbulkan resesi. Namun, banyak orang tetap berhati-hati.
Lantas, seberapa besar kemungkinan resesi AS di Wall Street, Main Street, dan C-Suite pada 2024?
Berikut perkiraan yang telah diproyeksikan oleh para pemain kunci perekonomian AS. (Lihat tabel di bawah.)
Pada Juli lalu, staf The Fed mengumumkan, mereka tidak lagi memperkirakan resesi pada 2024, hal ini menandai perubahan tajam dari proyeksi sebelumnya.
Kurva imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS atau US Treasury bertenor 10-tahun dan 3-bulan menunjukkan, ada 61 persen perubahan resesi dalam 12 bulan ke depan. Secara historis, kurva imbal hasil telah menjadi prediktor yang dapat diandalkan untuk resesi, berdasarkan model Fed New York yang menggunakan data dari 1959-2009.
Sementara itu, sebuah survei terhadap para ekonom oleh Wolters Kluwer menunjukkan bahwa mereka terpecah, dengan 48 persen menyerukan resesi dalam 12 bulan ke depan.
Menurut survei Conference Board, lebih dari 69 persen konsumen di seluruh Main Street percaya bahwa resesi kemungkinan akan terjadi di 2024.
Namun, sudut-sudut C-suite atau eksekutif senior AS telah tumbuh lebih positif. Goldman Sachs baru-baru ini menurunkan prediksi resesi kemungkinan menjadi 15 persen. Sementara, Bank of America memberikan peluang 35-40 persen.
Di sisi lain, 84 persen CEO AS bersiap menghadapi resesi dalam 12-18 bulan ke depan, turun dari 92 persen yang terlihat pada kuartal kedua 2023. (ADF)