Produk Impor Membanjir, Indef: Kita Berbelanja Karena Harga, Bukan Keberpihakan
masyarakat Indonesia selama ini memang cenderung pragmatis dengan semata-mata menjadikan faktor harga sebagai satu-satunya pertimbangan.
IDXChannel - Membanjirnya produk impor di pasaran kembali jadi sorotan. Adalah Presiden Joko Widodo yang sampai geram lantaran mengetahui bahkan belanja pemerintah ternyata masih didominasi oleh pembelian produk impor. Padahal bila transaksi tersebut berhasil diubah (switching) ke produk domestik, dampaknya terhadap geliat perekonomian nasional diyakini bakal sangat signifikan.
Terkait kondisi tersebut, Institute For Development of Economics and Finance (Indef) mengungkap bahwa kebiasaan berbelanja masyarakat Indonesia selama ini memang cenderung pragmatis dengan semata-mata menjadikan faktor harga sebagai satu-satunya pertimbangan.
"Memang kita sudah terbiasa untuk mengutamakan harga dalam berbelanja. Bukan keberpihakan (terhadap produk domestik)," ujar Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, dalam Market Review IDX Channel, Selasa (29/3/2022).
Karena itu, menurut Eko, tidak ada titik temu manakala kini pemerintah mengangkat lagi soal keberpihakan terhadap produk dalam negeri, satu hal yang selama ini memang tidak pernah menjadi pertimbangan masyarakat dalam berbelanja berbagai kebutuhannya.
Eko mencontohkan, di sektor pertanian Indonesia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk memproduksi kebutuhannya sendiri. Namun, karena produk-produk pertanian dari luar negeri dianggap lebih siap dipasarkan dan digunakan ketimbang produk dalam negeri, maka yang pada akhirnya lebih banyak diserap pasar adalah produk impor.
"Indonesia bisa saja membuat, kalau ditanya. Itulah tadi, disebut bahwa harus ada keberpihakan. Minimal 50 persen bahan baku alat pertanian berasal dari dalam negeri, itu sudah lebih baik," ungkapnya.
Tak hanya pertanian, sektor tekstil disebut Eko juga mengalami dilema yang sama. Fakta menunjukkan bahwa Indonesia mencatatkan kinerja ekspor tekstil untuk produk seragam tentara. "Berarti kan bisa disimpulkan bahwa produk kita berkualitas dan secara volume juga memadai. Tapi tetap saja pasar kita lebih senang produk impor. Ini memang mengherankan dan perlu segera menjadi perhatian," tegas Eko. (TSA)