ECONOMICS

Produksi Migas Pertamina Meningkat di Tengah Tren Penurunan

taufan sukma 08/06/2024 18:38 WIB

PHE telah berkontribusi terhadap penerimaan negara dari pajak senilai USD3 miliar.

Produksi Migas Pertamina Meningkat di Tengah Tren Penurunan (foto: MNC media)

IDXChannel - Volume produksi minyak dan gas (migas) nasional di sepanjang 2023 lalu memang terpantau mengalami penurunan cukup signifikan.

Namun demikian, porsi produksi yang didapat dari wilayah kerja operasional milik PT Pertamina (Persero) justru berhasil mengalami peningkatan.

Fakta ini terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VII DPR, PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dan SKK Migas, di Jakarta, Kamis (6/6/2024). 

"Betul. Wilayah Kerja Hulu Migas yang dioperasikan Pertamina, produksi minyak pada 2022 337 ribu barel per hari, menjadi 339 ribu barel per hari pada 2023. Blok dimana kita menjadi operator, memang produksinya naik," ujar Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, dalam paparannya.

Sebelumnya, anggota Komisi VII, Ramson Siagian memang menanyakan bahwa meski secara domestik dari 2022 ke 2023, terjadi penurunan lifting, namun penurunan terjadi pada blok yang tidak dikelola Pertamina.

Pada 2023, misalnya, menurut Ramson, terjadi penurunan 415 ribu BPH atau menurun dari produksi pada 2022 sebesar 417 ribu BPH. 

"Berarti ada penurunan dua ribu barel per hari. Tapi rupanya operatornya ada yang bukan Pertamina?" tanya Ramson. 

Ramson juga menambahkan bahwa porsi penurunan produk tertinggi terhadi di Blok Cepu yang dikelola oleh ExxonMobil, di mana terejadi penurunan sebesar tujuh persen.

Seiring kenaikan produksi, Wiko juga menyatakan bahwa PHE telah berkontribusi terhadap penerimaan negara dari pajak senilai USD3 miliar.

"Sedangkan dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) kontribusi PHE untuk negara mencapai USD4,2 miliar," tutur Wiko. 

Sementara terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), Wiko menyampaikan bahwa capaian TKDN industri hulu migas pada operasional PHE pada 2023 tercatat sebesar 60,19 persen, atau senilai Rp37,4  Triliun.

"Capaian TKDN di atas target, 2021, 2022, dan 2023, capaian kita di atas target. Bahkan di tahun 2023, angka sekitar dua persen di atas target nasional," ungkap Wiko. 

Sementara terkait proses pengadaan, Wiko menyampaikan, bahwa seluruh proses pengadaan di PHE dilakukan dengan terbuka, sesuai tata kelola yang baik. 

"Transparan, bahkan menggunakan sistem digitalisasi procurement, seperti GEP Smart yang merupakan aplikasi pengadaan barang dan jasa. Selain itu juga aplikasi contracting U-Can dan aplikasi monitoring SCM, yaitu Solution," papar Wiko. 

Terkait Panitia Tender, misal, Wiko juga mengatakan, bahwa diawasi oleh pejabat berwenang. Selain itu, Panitia Tender juga harus tersertifikasi sebagai panitia tender.

"Juga harus menandatangani CoC dan CoI, menyertakan Laporan Gratifikasi, dan Laporan LHKPN," tandas Wiko.

Bahkan, untuk pendaftaran, Wika menyebut juga telah diumumkan secara terbuka di website CIVD. Dalam hal ini, calon peserta harus yang sudah terdaftar di CIVD.

Menyikapi pemaparan PHE, anggota Komisi VII, Nasyirul Falah Amru, menyampaikan apresiasinya, terutama mengenai mengenai kontribusi TKDN. 

"Terimakasih TKDN di migas sudah tinggi," ujar Nasyirul.

Nasyirul pun berharap agar PHE terus berupaya untuk meningkatkan produksi minyak nasional. Untuk menghasilkan produksi minyak dan gas saat ini, dikatakan Nasyirul, dibutuhkan barang dan jasa yang lebih tinggi juga.

Untuk itu, Nasyirul mengingatkan agar pengadaan barang dan jasa diseleksi ketat. Jangan sampai membeli barang berkualitas rendah.

"Sekali lagi terimakasih untuk SKK migas dan PHE untuk mencoba meningkatkan produksi," tegas Nasyirul. (TSA)

SHARE