ECONOMICS

Produksi Minyak Turun, Begini Strategi Pemerintah Tarik Investor 

Atikah Umiyani 24/09/2024 03:30 WIB

Penemuan cadangan minyak terbesar (giant discovery) di Indonesia terjadi terakhir pada 2.000 silam di Blok Cepu, Bojonegoro Jawa Timur.

Produksi Minyak Turun, Begini Strategi Pemerintah Tarik Investor (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi minyak nasional turun saat konsumsi tengah meningkat.

Sementara itu, penemuan cadangan minyak terbesar (giant discovery) di Indonesia terjadi terakhir pada 2.000 silam di Blok Cepu, Bojonegoro Jawa Timur.

“Kalau terkait dengan isu minyak gas itu bahwa produksi minyak kita itu relatif menurun, sementara konsumsinya tinggi,” ujar Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, Ariana Soemanto saat Focus Group Discussion bertajuk 'Memikat Investor Hulu Migas Demi Ketahanan Nasional', Jakarta Pusat, Senin (23/9/2024). 

Sebaliknya, produksi gas bumi meningkat sedangkan konsumsinya menurun. Kondisi ini membuat Indonesia mengalami surplus gas bumi. 

“Namun, kalau ke gas bumi, isunya memang agak beda karena konsumsinya itu jauh lebih tinggi dibanding konsumsi, konsumsi itu lebih rendah dibanding produksinya. Artinya kita punya surplus dan justru kita ada ekspor di sana,” tutur dia.

Dari kondisi hulu minyak dan gas bumi (migas) tersebut, Ariana pun membeberkan strategi pemerintah dalam mendorong masuknya investasi di hulu migas.

Inisiatif yang dimaksud di antaranya, melakukan eksplorasi kondensasi biogas. Di mana, pemerintah fokus di lima wilayah di Timur Indonesia, yaitu Buton, Papua, Selang, Arum, dan Timor. 

“Terhadap lima area itu gak hanya sekedar dapet area, dijamin aja. Contohnya tuh, dari lima area itu sudah ada yang jadi blok migas baru, sudah ada yang jadi kandidat blok yang nanti bulan depan mau dilelang, tadi eksplorasi juga lagi jalan, atau lagi gitu,” kata dia. 


Saat ini, ada pengajuan eksplorasi migas di 17 area, termasuk eksplorasi dari BP dan ExxonMobil. Ariana menilai pengajuan tersebut mengindikasikan bahwa hulu migas di Indonesia masih menarik bagi investor. 

Strategi berikutnya, pemerintah memberlakukan kebijakan bagi hasil kontraktor hingga 50 persen. Persentasenya naik tajam dibandingkan sebelumnya yang berada di angka 15-30 persen. 

“Kemudian kita berikan fleksibilitas kontrak migas. Bisa pilih, mau skema cost recovery, mau skema growth split. Kalau dulu dipaksa skemanya growth split, kalau sekarang bisa pilih cost recovery maupun growth split,” kata Ariana. 

Inisiatif selanjutnya, kebijakan menawarkan tambahan waktu eksplorasi hingga 10 tahun, eksplorasi di luar wilayah bidang migas, lelang tanpa joint study, minuman signature bonus, investment credit, FTP shareable, dan lainnya.

“Artinya ini fokusnya dari pemerintah bahwa tambahan waktu eksplorasi kalau enggak ya mungkin itu gak terjadi. Kemudian juga ada eksplorasi di luar wilayah bidang biogas,” tutur dia.

Tak hanya itu, otoritas juga melaksanakan optimalisasi produksi berbasis teknologi alias digital. Proses ini sudah diterapkan di Blok Cepu, khususnya untuk proyek Banyu Urip Infill Clastic milik ExxonMobil.

Penerapan teknologi optimasi produksi. Contoh-contohnya yang sudah berjalan sekarang dalam beberapa waktu 3 bulan terakhir ini kayak Blok Cepu, ada proyek Banyu Urip Infill Clastic, Exxon Mobil, dan dengan cara tujuh sumur, satu sumur sudah produksi 13.000 barel per hari. 

(DESI ANGRIANI)

SHARE