ECONOMICS

Produsen Minyak Goreng Dukung Minyak Curah Dihapus karena Berbahaya bagi Kesehatan

Suparjo Ramalan 23/08/2024 17:40 WIB

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mendukung terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2024 soal minyak goreng. 

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mendukung terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2024 soal minyak goreng. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Perdagangan (Kemendag) merevisi tata niaga minyak goreng sehingga Minyak Goreng Rakyat (MGR) hasil Domestic Market Obligation (DMO) dalam bentuk curah dihapus dan dikonversi menjadi MinyaKita dalam bentuk kemasan. 

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, produsen minyak goreng mendukung terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2024. 

“Adanya peraturan Permendag Nomor 18 itu bukan hal yang mengejutkan, itu memang sudah satu strategi, saya kira bagus sekali (Kementerian) Perdagangan membaca pasar sehingga lebih cepat mengeluarkan regulasi tersebut,” ujar Sahat dalam IDX Market Review, Jumat (23/8/2024). 

Menurut Sahat, peredaran minyak curah di Indonesia sulit dikontrol, terutama terkait sumber asalnya. Pasalnya, banyak ditemukan minyak curah yang berasal dari minyak jelantah yang didaur ulang yang tentu saja berbahaya bagi kesehatan.

"Ada penelitian dari Inggris, ada enam problema yang dihadapi dari minyak jelantah. Pertama adalah kardiovaskular, stroke, cancer, parkinson, alzheimer, huntington. Ini tanpa kita sadari pedagang gorengan di pinggir jalan kan nggak tahu sumbernya, nggak bisa kita lacak," katanya.

Dari sisi industri, Sahat berharap penghapusan minyak goreng curah juga akan mendorong konsumen beralih ke minyak goreng kemasan. Dia menyebut, kondisi industri minyak goreng pada enam bulan pertama tahun ini cukup lesu dibandingkan tahun lalu.

“Kami melihat target kami untuk, kan ada dua brand sebetulnya minyak goreng kita itu, satu brand melalui market modern itu kita prediksi di tahun 2024 sekitar 709.000 ton dalam tempo enam bulan. Ternyata yang kita capai itu hanya 348.000 ton, jadi 46 persen drop (turun),” ujarnya.

“Kemudian, market untuk segmen tradisional yaitu minyak curah, minyak kemasan, dan minyak kita, kita proyeksikan itu 1,2 juta (ton), ternyata kira-kira hanya 1,1 juta ton (ton) yang tercapai di 2024 kemarin,” katanya Sahat.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE