Profit Perusahaan Asia Tergerus untuk Pertama Kali dalam 7 Kuartal
Profit perusahaan-perusahaan di Asia pada Maret 2021 turun untuk pertama kalinya dalam tujuh kuartal terakhir dipengaruhi oleh permintaan yang melambat.
IDXChannel – Profit perusahaan-perusahaan di Asia pada Maret 2021 turun untuk pertama kalinya dalam tujuh kuartal terakhir. Dipengaruhi oleh permintaan yang melambat seiring kebijakan lockdown di China dan margin yang berkurang karena biaya yang meningkat.
Berdasarkan analisis Reuters terhadap 1.500 perusahaan teratas di Asia skala menengah ke atas berdasarkan kapitalisasi pasar, dan perusahaan yang dipantau oleh minimal tiga analis, menunnjukkan penurunan profit kumulatif sebesar 3,2 persen pada kuartalan yang berakhir Maret secara tahunan.
Penurunan tersebut merupakan yang pertama sejak Juni 2020. Data juga menunjukkan rata-rata margin mencapai 5,86 persen, terendah dalam tujuh kuartal.
Penurunan pendapatan terjadi karena investor membuang ekuitas regional di tengah kekhawatiran bahwa perusahaan mungkin tidak dapat mengatasi kenaikan suku bunga dan inflasi yang melonjak.
“Harga komoditas meningkat yang berdampak pada margin profit, perusahaan bergumul membebankan kenaikan biaya kepada konsumen mereka,” ujar Head of Equity Strategy Asia Pacific HSBC, Herald van der Linde, dikutip dari Reuters pada Selasa (14/6).
Di sisi lain, aktivitas bisnis dan konsumsi China melambat pada kuartal pertama karena kenaikan kasus Covid-19. Hal itu juga berdampak pada perusahaan regional yang mengekspor barang di negara-negara Asia.
Data menunjukkan perusahaan Malaysia dan Korea Selatan menjadi perusahaan yang paling terdampak akibat pelambatan aktivitas bisnis di China. Pendapatan perusahaan di kedua negara tersebut masing-masing turun sebesar 18,3 persen dan 18,9 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Adapun, Toyota Motor melaporkan penurunan operasional profit sebesar 33 persen pada kuartal yang berakhir Maret 2022. Ini merupakan dampak yang tidak dapat diprediksi karena kenaikan biaya bahan baku.
Lenovo, produsen PC terbesar di dunia itu juga mencatatkan pelambatan pertumbuhan pendapatan dalam tujuh kuartal seiring permintaan untuk komputer personal berkurang, setelah dua tahun pandemi yang mendorong permintaan.
Beberapa analis memproyeksi kenaikan suku bunga bisa berdampak pada laba dan pendapatan korporasi dalam beberapa bulan ke depan. Sejumlah bank sentral pun telah mengerek suku bunga.
Sentral bank Korea Selatan telah menaikkan suku bunga tiga kali sepanjang tahun ini. Sementara itu, bank sentral India menaikkan suku bunga sebanyak dua kali sebagai upaya melawan inflasi dan mencegah keluarnya dana asing.
“Kami memprediksi bank sentral bakal memperketat kebijakan seiring tekanan inflasi meningkat. Biaya pinjaman yang tinggi bakal memukul utang perusahaan,” ujar Head of Asian Equities BNP Paribas Aset Management, Zhikai Chen, kepada Reuters.
Meski begitu, Chen menambahkan, dampak finansial bisa dikendalikan oleh perusahaan Asia terutama mereka yang pernah terpukul oleh krisis keuangan Asia, yaitu perusahaan yang memiliki rasio utang yang wajar.
Menurut data, laba perusahaan Asia diperkirakan meningkat hanya 6,7 persen pada 2022, terendah dalam tiga tahun. Analis memperkirakan pelambatan aktivitas bisnis di China masih berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
Ahli strategi investasi Kredit Suisse, Amman Patel pun memproyeksi margin perusahaan di Asia bakal berdampak sepanjang 2022 dengan pelambatan pertumbuhan ekonnomi dan kenaikan harga terutama minyak. (FRI)