ECONOMICS

Prospek Perusahaan Non-keuangan Diprediksi Gelap di 2023

Nia Deviyana 22/11/2022 22:30 WIB

Hal tersebut dikarenakan kondisi ekonomi yang menurun, lonjakan harga energi, serta inflasi upah.

Prospek Perusahaan Non-keuangan Diprediksi Gelap di 2023. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Lembaga pemeringkat kredit, Moody’s mengatakan kondisi prospek kredit tahun depan bagi perusahaan non-keuangan di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika diperkirakan suram. 

Hal tersebut dikarenakan kondisi ekonomi yang menurun, lonjakan harga energi, serta inflasi upah.

Ekonomi global diperkirakan jatuh ke dalam resesi untuk pertama kali semenjak 2009. Setelah lebih dari satu dekade longgarnya kebijakan moneter, saat ini kebijakan moneter semakit ketat karena inflasi yang meningkat.

Moody’s menerangkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan kondisi pembiayaan memburuk dan akan melemahkan likuiditas dan kualitas kredit. Hal tersebut dapat memaksa perusahaan untuk fokus membatasi pengembalian pemegang saham dan merger & akuisisi yang didanai utang.

Lembaga tersebut juga mengatakan bahwa di sebagian besar sektor yang digerakkan oleh konsumen dan beberapa sektor industri seperti kimia, konstruksi, serta otomotif akan mengalami penurunan permintaan pada 2023, karena sentimen konsumen yang lemah dan daya beli rumah tangga yang rendah.

"Sektor yang bergantung pada permintaan diskresioner akan paling terpukul," kata Moody's dilansir Reuters, Selasa (22/11/2022).

Sementara itu, sektor telekomunikasi dan game diperkirakan tetap tangguh serta sektor penerbangan semakin pulih dari pandemi.

Moody’s juga menambahkan bahwa perseteruan antara Rusia dan Ukraina menjadi kendala geopolitik utama, karena pembatasan ekspor gas oleh Rusia kepada Eropa membuat kawasan tersebut bersaing dengan kawasan lain untuk memenuhi kebutuhan energi.

Walaupun masalah energi akan teratasi, kelangkaan energi akan terus menekan margin, tetapi mahalnya harga listrik akan mendukung rasio kredit perusahaan minyak dan gas.

Hal tersebut akan mengakibatkan inflasi upah yang akan berdampak terhadap beberapa sektor bisnis, seperti ritel, perhotelan, dan pariwisata sehingga berpotensi meningkatkan ketegangan dalam hubungan kerja.

Berdasarkan data dari kantor Statistik Uni Eropa, Eurostat, rencana perusahaan-perusahaan di Eropa untuk menaikkan upah dan membayar bonus satu kali membuat para investor khawatir setelah biaya perusahaan di zona euro naik 43,3% hingga agustus.

Moody’s memperkirakan produk domestik bruto riil anggota G20 mengalami pertumbuhan sebesar 1,3% pada 2023 dan turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,5% pada 2022. (NIA)

Penulis: Ahmad Dwiantoro

SHARE