ECONOMICS

Punya Anggaran Jumbo, Jokowi Minta Menterinya Fokus Tingkatkan Produksi Pangan

Raka Dwi Novianto 20/06/2022 18:29 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan hasil yang dicapai mengingat pemerintah memiliki anggaran ketahanan pangan besar, sekitar Rp92,3 triliun.

Punya Anggaran Jumbo, Jokowi Minta Menterinya Fokus Tingkatkan Produksi Pangan. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan hasil yang dicapai mengingat pemerintah memiliki anggaran ketahanan pangan besar, sekitar Rp92,3 triliun pada tahun ini. Hal tersebut disampaikanya pada saat membuka Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, pada hari ini Senin (20/6/2022).

"Karena kalau kita lihat anggaran pemerintah untuk ketahanan pangan ini gede banget. 2018 ini totalnya Rp86 triliun, tahun 2022 ini Rp92,3 triliun," ujar Jokowi.

"Gede banget lho ini, hasilnya apa setiap tahun? Konkret apa? Harus jelas. Kalau enggak Rp92 triliun kita pakai aja belikan beras untuk stok aja. ya kan?" tambahnya.

Awalnya, Jokowi meminta para menterinya untuk fokus pada peningkatan produksi besar-besaran baik itu dari petani, korporasi hingga BUMN. Dia juga meminta untuk menanam komoditi sesuai dengan karakteristik daerah.

"Kemarin saya lihat, sorgum di NTT misalnya, ditanam jagung hidup. Begitu ditanam sorgum hijau, sangat hijau dan sangat kelihatan subur sekali. Ini kan ternyata di NTT yang banyak adalah sorgum," jelasnya.

Jika sudah bisa produksi besar-besaran, kata Jokowi, selanjutnya tinggal memilih penjamin komoditas atau off taker.

"Jadi petani produksi terus dan yang membeli juga ada. Jangan sampai petani produksi banyak, Bulog ga ambil, RNI enggak ambil. Ini mekanisme harus segera diputuskan. Dan kemarin kita sampaikan dengan menteri BUMN, segera siapa, produknya apa, biayanya seperti apa," katanya.

Usai hasil produksi dari pertanian diambil, Jokowi memerintahkan agar segera dilakukan penjualan dan tidak menumpuknya di tempat penyimpanan.

"Kalau sudah ngambil jangan sampai kaya Bulog, ngambil dari petani banyak, stok, enggak bisa jual. Sehingga kualitasnya jadi turun dan ada yang busuk yang dulu, rusak, jangan," ungkapnya.

"Artinya semua harus ada pada grand plan, rencana besarnya seperti apa sudah kita sampaikan, pelaksanaannya juga harus ada. Ini memang membutuhkan sebuah orkestrasi yang baik antara kementerian lembaga BUMN, swasta dengan daerah semuanya," imbuhnya. (TYO)

SHARE