Pupuk Kaltim Bangun Pabrik di Papua, Bisa Hasilkan Urea 1,15 Juta Ton per Tahun
PT Pupuk Kaltim (PKT) berencana membangun pabrik baru di Fakfak, Papua Barat dengan kapasitas produksi urea 1,15 juta ton per tahun.
IDXChannel – PT Pupuk Kaltim (PKT) berencana membangun pabrik baru di Fakfak, Papua Barat. Pabrik tersebut merupakan salah satu dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi, mengatakan proses pekerjaan awal pembangunan pabrik baru di Fakfak bakal dimulai pada akhir 2023. Jika semuanya berjalan dengan lancar, maka pembangunan pabrik ini akan mengantarkan industri pupuk nasional menjadi yang terbesar di Asia Pasifik.
“Ini juga yang menjadi cita-cita PKT sebagai penyokong ketahanan pangan nasional sekaligus mengharumkan nama Indonesia di kancah global,” imbuhnya pada Jumat (14/7/2023).
Dengan nilai investasi lebih dari USD1 miliar, PKT memastikan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton per tahun dan 825 ribu ton per tahun untuk amonia. Ini merupakan salah satu pengembangan di fase kedua pertumbuhan PKT, yang ditarget mampu terealisasi dalam lima tahun ke depan.
Menurut dia, kehadiran pabrik baru tersebut merupakan momentum yang sangat tepat, mengingat pada 2030 kebutuhan urea diperkirakan akan mencapai 6 sampai 7 juta ton. Selain itu, dengan beroperasinya pabrik baru ini nanti, PKT siap mendukung ketahanan pangan bagi Indonesia dengan penyediaan 4,5 hingga 5 juta ton atau pemenuhan sekitar 70 hingga 80 persen kebutuhan nasional.
Tak hanya itu, kehadiran pabrik baru PKT ini nantinya diproyeksikan akan memberi kontribusi positif pada pendapatan negara. Potensi pendapatan negara dari pajak penghasilan perorangan senilai diperkirakan akan mencapai Rp20 miliar per tahun. Adapula potensi kontribusi pertumbuhan ekonomi domestik melalui porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di proyek ini mencapai nilai Rp10 triliun. Potensi pendapatan daerah pun diprediksikan akan menyumbang senilai Rp 15 miliar per tahun.
“Ini yang kami sebut dengan multiplier effect. Karena semangat kami di PKT tentu tidak semata-mata hanya untuk profit belaka, tapi juga bagaimana segala inovasi dan aktivitas kami bisa memberikan keberkahan bagi masyarakat. Selama durasi pembangunan proyek, kami memperkirakan penyerapan tenaga kerja 10.000 orang saat masa puncak konstruksi dan sebanyak 400 orang saat operasional,” pungkas Rahmad.
Dia juga berharap proyek tersebut bisa mendorong tumbuhnya bisnis pendukung kawasan. Sebagaimana praktik-praktik pemberdayaan masyarakat yang telah sukses dilakukan di Bontang yang bisa diimplementasikan juga di Fakfak.
(FRI)