Realisasi Pembiayaan Anggaran Turun 68,3 Persen Jadi Rp71,1 Triliun
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi pembiayaan anggaran sudah mencapai Rp71,1 triliun atau turun 68,3% yoy per 30 April 2024.
IDXChannel - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan kinerja pembiayaan anggaran masih on-track atau terkendali. Meski APBN masih surplus, namun untuk pengelolaan pembiayaan dilakukan strategi satu tahun termasuk dari Surat Berharga Negara (SBN).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi pembiayaan anggaran sudah mencapai Rp71,1 triliun atau turun 68,3% yoy per 30 April 2024.
"Untuk pembiayaan anggaran baru Rp71,1 triliun, ini artinya baru 13,6% jauh lebih kecil dibandingkan target APBN juga untuk pembiayaan utang, bahkan untuk penerbitan SBN kita secara netto Rp128,6 triliun itu dibandingkan target APBN yang Rp666,4 triliun itu berarti 19,3% di bawah 20%," jelasnya dalam konferensi pers APBN Kita Edisi Mei 2024, Senin (27/5/2024) sore.
Menurut Sri Mulyani, jika dibandingkan realisasi 2023, angka tersebut juga lebih rendah. Sehingga, sampai 30 April 2024, total pembiayaan anggaran Rp71,1 triliun itu turun sangat tajam dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp224,4 triliun, turunnya 68,3%.
"Situasi ini sebetulnya cukup menguntungkan kita, karena tadi saya jelaskan pada April dengan volatilitas itu kita lihat kan terjadi kepanikan atau sedikit kenaikan dari sisi gejolak di pasar keuangan termasuk dalam hal ini pasar bond, nilai tukar dan saham," ungkapnya.
Realisasi penarikan utang tercatat sebesar Rp119,1 triliun, turun 51,2% yoy.
Penerbitan surat berharga negara (SBN) secara neto tercatat Rp128,6 triliun, hanya 19,3% dari target yang ditetapkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp666,4 triliun.
“Pada April terjadi volatilitas, ada kepanikan dari sisi gejolak pasar keuangan. Tapi, kita bisa cukup steady, termasuk imbal hasil (yield) spread kita terhadap US Treasury. Karena kita memang cukup terukur dalam menerbitkan surat utang kita,” ujar Menkeu.
Seiring dengan penurunan yield US Treasury, terjadi arus aliran modal asing masuk (capital inflow) di pasar SBN sebesar Rp13,56 triliun dan penurunan yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun sebesar 33 basis poin (bps).
“Pada saat pasar gelisah karena spekulasi Federal Reserve tidak turunkan suku bunga sampai akhir tahun, kita masih relatif stabil, bahkan mengalami capital inflow dan yield kita turun. Ini gambaran SUN kita sangat dipercaya,” tutur Sri Mulyani.
Dia menerangkan, strategi pembiayaan dilakukan secara prudent, terukur, oportunistik, fleksibel dalam timing, tenor, currency, dan instrumen untuk pembiayaan paling efisien dan optimal. Sedangkan pembiayaan non utang dilakukan untuk pendanaan investasi pemerintah berjalan on track dan diharapkan mendukung percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan.
“Track record ini membuahkan hasil, kita bisa jaga dari sisi strategi issuance nya, kita bisa jaga dari sisi yield, dan kita bisa menjaga dari sisi APBN untuk belanja terutama bunga utang,” pungkasnya.
(YNA)