Resmi, Rusia Resesi dengan Kontraksi Empat Persen
Rusia dilaporkan telah memasuki jurang resesi dengan kontraksi 4 persen. Ekonomi Rusia telah mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut.
IDXChannel – Rusia dilaporkan telah memasuki jurang resesi dengan kontraksi 4 persen. Ekonomi Rusia telah mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut. Hal tersebut disebabkan adanya tanggapan barat terhadap invasi Moskow ke Ukraina membantu menjerumuskan ekonomi ke dalam resesi.
Selain itu, Produk domestik bruto Rusia turun 4 persen tahun ke tahun dalam tiga bulan hingga Oktober, menurut data awal yang dirilis oleh layanan statistik federal Rosstat.
Perkiraan bank sentral sejalan dengan perkiraan kontraksi tahunan 3,4 persen oleh IMF bulan lalu, peningkatan pada 8,5 persen dana yang diproyeksikan pada April, beberapa minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina. Harga energi yang lebih tinggi telah membantu meningkatkan pendapatan anggaran Rusia, setengahnya berasal dari minyak dan gas. Penjualan ekspor yang lebih rendah, menyusul terputusnya hubungan perdagangan dengan sekutu Ukraina, juga membantu meningkatkan rouble.
Dilansir melalui FT News, Consensus Economics, sebuah perusahaan yang rata-rata peramal terkemuka, memperkirakan ekonomi Rusia akan menyusut 4,6 persen tahun ini. Angka tersebut telah direvisi naik dari penurunan 10 persen yang diperkirakan pada April.
Penurunan output menandai resesi Rusia kedua dalam tiga tahun. Ekonomi mengalami kontraksi sepanjang 2020, di masa pandemi. Ini juga merupakan yang terbesar ketiga dalam 20 tahun setelah krisis keuangan internasional pada tahun 2009 dan pandemi.
"Kontraksi [setengah seburuk] pada puncak pandemi," kata ekonom Renaissance Capital Sofya Donets. "Pada saat yang sama jelas bahwa bentuk pemulihan akan sangat berbeda dan tidak ada pemulihan cepat yang terlihat."
Layanan statistik mengatakan bahwa pada kuartal pertama 2022, yang dimulai sebelum invasi, PDB Rusia tumbuh sebesar 3,5 persen.
Ekonomi Rusia juga terpukul keras oleh suku bunga yang lebih tinggi. Penurunan tajam dalam rouble pada minggu-minggu awal invasi Ukraina memaksa bank sentral untuk menaikkan biaya pinjaman menjadi 20 persen. Namun, kenaikan rouble sejak saat itu, dan tanda-tanda bahwa tekanan inflasi berkurang, memungkinkan bank sentral untuk menurunkan suku bunga menjadi 7,5 persen.
Inflasi, yang mencapai 12,9 persen pada Oktober, sekarang diperkirakan akan melambat menjadi antara 5-7 persen pada 2023, sebelum kembali ke target 4 persen bank sentral pada 2024.
Rosstat akan merilis laporan yang lebih rinci tentang PDB kuartal ketiga Rusia pada 14 Desember.
(DKH)