ECONOMICS

RI Berpotensi Resesi Teknikal di Kuartal II-2025, Waspada Terjadi PHK

Anggie Ariesta 06/05/2025 00:03 WIB

Ekonom khawatir adanya potensi resesi teknikal pada kuartal berikutnya menyusul perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025.

RI Berpotensi Resesi Teknikal di Kuartal II-2025, Waspada Terjadi PHK. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengungkapkan kekhawatiran adanya potensi resesi teknikal pada kuartal berikutnya menyusul perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025.

"Secara Q-to-Q angkanya cukup mengkhawatirkan, di mana pertumbuhan kuartal I-2025 minus 0,98 persen, terendah dibandingkan periode yang sama sejak 5 tahun terakhir. Sektor industri pengolahan yang tertekan menjadi sinyal berlanjutnya tekanan ekonomi. Skenario resesi teknikal harus dihindari," kata Bhima dalam keterangan resmi, Senin (5/52025).

Bhima menjelaskan konsekuensi dari sinyal resesi teknikal tersebut yaitu potensi industri pengolahan untuk mengurangi pembelian bahan baku dan melakukan efisiensi biaya produksi, termasuk tenaga kerja. 

Pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,31 persen, lebih rendah dibandingkan kuartal I-2024 yang masih tumbuh 4,64 persen.

"Indikator Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia yang berada di bawah level ekspansi atau 46,7 pada April 2025 perlu jadi perhatian pemerintah," ujar Bhima.

Menurut Bhima, tekanan akibat perang dagang hanyalah salah satu faktor yang menyebabkan industri beroperasi di bawah kapasitas optimalnya. Menurutnya, efek industri melemah justru menjadi faktor pemberat pertumbuhan ekonomi.

“Efek industri melemah ibarat lingkaran setan (vicious cycle), menciptakan pelemahan daya beli lebih dalam berujung pada menurunnya permintaan produk industri," tuturnya.

Senada dengan Bhima, Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda mendesak pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui program-program fiskal ekspansif, terutama bantuan sosial yang menyasar kelompok menengah dan rentan.

"Mau pakai data BPS atau Bank Dunia, pada prinsipnya pemerintah belum serius memberikan perlindungan bagi kelas menengah, rentan, maupun miskin," kata Huda.

Huda juga menyoroti potensi peningkatan pekerja informal akibat gelombang PHK di sektor formal, sehingga menurutnya dibutuhkan jaring pengaman sosial yang lebih memadai untuk kelompok ini.

Sebelumnya, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87 persen year-on-year (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5,11 persen pada kuartal I-2024.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE