ECONOMICS

RI Impor Beras Premium dari China, Buwas: Kalau Jepang Mahal Banget

Suparjo Ramalan 19/10/2023 03:13 WIB

Pemerintah akan mendatangkan 1 juta ton beras premium dari China setelah penandatanganan MoU antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden China Xi Jinping.

RI Impor Beras Premium dari China, Buwas: Kalau Jepang Mahal Banget

IDXChannel - Pemerintah melalui Perum Bulog akan mendatangkan 1 juta ton beras premium dari China setelah penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden China Xi Jinping. 

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) memastikan beras yang diimpor dari China berkualitas baik alias premium. Kendati begitu, harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibanding beras Jepang. 

"Relatif ya, karena biasanya kan jenis berasnya beda-beda, apalagi kalau bicara beras dari Jepang, itu harganya mahal banget," kata Buwas di Jakarta Selatan, Rabu (18/10/2023).

Dia menuturkan, China memiliki teknologi canggih, sehingga produk beras yang dihasilkan sangat baik dan aman. Hal ini menjadi alasan lain otoritas di kawasan tersebut tidak memproduksi beras jenis medium. 

"Dari negara-negara luar itu tidak memproduksi beras medium karena dia sudah teknologi tinggi. Jadi dia rugi kalau produksi medium," ujarnya. 

"Karena mesinnya setting-nya adalah untuk premium. Paling rendah adalah broken 5 persen, itu teknologi. Masa dia setel jadi broken 15 persen, ya rugi dia, harga anjlok, mesin rusak," lanjut Buwas. 

Meski Indonesia saat ini mengambil langkah impor beras premium dari China, Buwas memastikan komoditas ini untuk memenuhi pasokan beras cadangan pemerintah (CBP). Artinya, secara kualitas baik, namun harga tetap merakyat. 

"Karena kita ini kan beras standar untuk CBP. Kalau kita bicara standar dari CBP itu berasnya medium," ucapnya. 

"Karena harga premium di luar negeri itu harganya masih masuk kategori harga di sini medium, maka saya beli saja premium. Ngapain beli medium, toh harganya sama dengan medium," imbuh mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu.

(RNA)

SHARE