RI Lebih Butuh Tempat Penukaran Baterai Ketimbang SPBU Listrik, Ini Buktinya
PT PLN (Persero) menyebut, Indonesia lebih membutuhkan SPBKLU daripada SPKLU.
IDXChannel - PT PLN (Persero) menyebut, Indonesia lebih membutuhkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) daripada Stasiun Pengisian Kendaraaan Listrik Umum (SPKLU).
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo sambil membandingkan waktu pengisian daya motor listrik dengan mobil listrik.
Dia mengatakan, untuk sekali pengisian daya mobil listrik bisa mencapai 350 km. Jadi, kalau ingin ke kantor paling hanya membutuhkan 30 sampai 50 km. Sehingga dalam sekali melakukan pengisian daya bisa bertahan 5 sampai 6 hari, maka kebutuhan SPKLU untuk mobil listrik sangat kecil dibandingkan dengan home charging.
"Tetapi kalau motor listrik, sekali charge hanya 50 km, sedangkan ojek rata-rata 120 km per hari. Artinya sehari charge baterainya untuk ojek listrik bisa 2 sampai 3 kali. Kalau kita punya 2,1 juta pengguna motor listrik, maka kita butuh sekitar 70 ribu SPBKLU, jumlahnya besar skali," terangnya dalam acara Launching Prototype Battery Asset Management Services (BAMS) IBC di Kemenko Marves, Senin (12/6/2023).
Menurut Darmawan, hal itulah yang kemudian membuat para pengemudi ojek merasa khawatir karena belum adanya standarisasi baterai.
"Karena kita satu ojek motor listrik butuh 2 sampai 3 kali, maka di sini mana dari Volta, Alva, Gesit, BRT, Viar, United, terus adalagi yang lain. Maka, oengemudi ojek merasa khawatir, misalnya Volta ya harus cari swap baterai Volta, mau Viar cari swap baterai Viar, mau United swap baterai United," jelasnya.
"Maka mereka khawatir kalau di tengah jalan 50 km, padahal jarak tempuh 120 km, kalau baterai drop gimana dan di sini masih belum ada standardisasi dari baterai dan belum ada standardisasi dari aplikasi," Darmawan menerangkan.
Tantangan lain, yaitu masih terbatasnya lokasi SPBKLU, hal ini yang membedakan dengan pengisian daya untuk mobil listrik yang hanya cukup dengan menggunakan home charging.
"Saya sudah mengemudikan mobil listrik 3 tahun sampai sekarang karena saya tidak pernah keluar kota pakai mobil listrik, jadi saya belum pernah pakai SPKLU, hanya di rumah sudah cukup. Tapi kalau motor listrik 50 km langsung habis. Jadi kita butuh SPBKLU dengan jumlah yang besar sekali," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Darmawan juga menilai adanya keseragaman standar ini menjadi penting dalam komponen infrastruktur kendaraan listrik. Dia mengatakan, PLN sejak 2019 telah banyak melakukan pengembangan infrastruktur kendaraan listrik mulai dari Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Selain itu, Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) hingga platform digital seperti Electric Vehicle Digital System (EVDS) yang hadir untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses kebutuhan kendaraan listriknya.
"Guna mendorong ekosistem EV, kami tidak hanya menyiapkan pasokan listrik yang andal dan mencukupi. PLN terus berkolaborasi bersama berbagai pihak. Mulai dari pabrikan, distributor, penyedia jasa transportasi, sektor perbankan, dan tentunya dengan IBC," ujarnya.
Darmawan menambahkan, hari ini, terdapat 1.000 unit SPBKLU, 6.700 unit SPLU dan 616 unit SPKLU yang tersebar di seluruh Tanah Air. Ke depan, PLN akan memproyeksikan penambahan infrastruktur pengisian, yaitu SPKLU dari 616 unit dan menjadi 750, SPBKLU dari seribu unit menjadi 3 ribu unit, dan SPLU dari 6.700 unit menjadi 15 ribu unit, yang diletakkan di lokasi strategis.
(FAY)