ECONOMICS

RI Tuan Rumah The 58th CCOP Annual Session, Menteri ESDM: Bahas Kebutuhan Energi

Rizky Fauzan 11/10/2022 05:33 WIB

Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh dunia saat ini.

RI Tuan Rumah The 58th CCOP Annual Session, Menteri ESDM: Bahas Kebutuhan Energi (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Indonesia menjadi tuan rumah The 58th Coordinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia (CCOP) Annual Session (58AS) dan 79th Steering Committee Meeting, yang akan membahas tema "Geoscience for Energy Transition in East and South East Asia" di Bandung, Jawa Barat. 

Gelaran ini akan menjadi ajang bertukar pikiran dan pengalaman antara ahli geologi dan para pemangku kepentingan, juga meningkatkan kerja sama pada sektor energi baru, mineral kritis, kebencanaan geologi, dan geologi urban.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh dunia saat ini. 

Maka para negara anggota CCOP memiliki tanggung jawab untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim. 

Arifin mengajak negara anggota CCOP untuk konsisten dengan tujuan Paris Agreement untuk membatasi rata-rata kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celcius, dan menargetkan 1,5 derajat celcius, dibandingkan tingkat pra-industri.

"Geosains meliputi berbagai aspek kehidupan, termasuk manusia dan interaksinya dengan bumi. Kita harus memajukan geosains untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan, sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), Sendai Framework, dan Paris Agreement. Tujuan SDG-7 adalah membahas kebutuhan energi untuk pembangunan berkelanjutan dan kerangka memastikan akses kepada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua," kata Arifin dalam siaran pers, Senin (10/10/2022).

Sebagai salah satu upaya untuk mencapai energi bersih, sesuai dengan mandat SDG-7 tersebut, Pemerintah Indonesia terus mengembangkan energi baru, sebagai pendorong utama transisi energi untuk mesa depan yang berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan iklim.

Menteri ESDM menuturkan, Presidensi G20 Indonesia telah menetapkan tiga area prioritas transisi energi, yakni mengamankan aksesibitas energi, meningkatkan teknologi energi yang cerdas dan bersih, dan memajukan pembiayaan energi.

"Pada September 2022 lalu, The Energy Transitions Ministerial Meeting (ETMM) telah mencapai kesepakatan, yakni Bali COMPACT, yang terdiri dari sembilan prinsip sukarela untuk mempercepat transisi energi yang bersih, berkelanjutan, adil, terjangkau, dan inklusif, untuk memastikan transisi energi yang lancar dan efektif, sesuai dengan keadaan dan prioritas nasional masing-masing negara G20,"  tutur Menteri ESDM.

Indonesia juga telah menetapkan peta jalan transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Dengan peta jalan ini, ditargetkan pembangunan 700 GigaWatt (GW) energi baru pada bauran energi, yang berasal dari energi matahari, air, angin, laut, biomassa, dan panas bumi, juga hidrogen dan energi nuklir.

Selain itu, untuk mendukung transisi energi, mineral-mineral kritis juga diperlukan untuk mendukung pengaplikasian energi baru dan teknologi bersih.

"Untuk mendukung transisi energi, mineral kritis diperlukan dalam mengaplikasikan energi baru dan teknologi bersih, seperti turbin angin, panel surya, dan teknologi maju lainnya. Permintaan untuk mineral-mineral kritis ini akan tumbuh pesat sejalan dengan cepatnya transisi energi, juga menentukan prospek transformasi energi yang aman dan cepat," kata Arifin. 

(SAN)

SHARE