Rupiah Melemah, Kinerja Ekspor Harus Dijaga
Rupiah ditutup melemah 0,12% di angka Rp16.445 per dolar AS pada, Jumat (21/6/2024).
IDXChannel - Rupiah ditutup melemah 0,12% di angka Rp16.445 per dolar AS pada, Jumat (21/6/2024). Bahkan, di tengah perdagangan hari ini, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp16.475 per dolar AS.
Ekonom Gunawan Benjamin mengatakan, untuk mengendalikan rupiah kinerja ekspor atau neraca dagang harus dijaga usai mengalami tekanan seiring memburuknya kondisi ekonomi negara lain. Indonesia perlu memastikan ketergantungan impor bisa dikendalikan dalam taraf aman untuk menjaga neraca pembayaran.
"Kita perlu memastikan ekonomi tetap tumbuh dengan anggaran fiskal yang ada," kata Gunawan, Jumat (21/6/2024).
Mitigasi dari sisi eksternal juga tak kalah penting. Seperti upaya untuk memitigasi dampak perang di negara lain atau perlambatan ekonomi maupun resesi di negara lain agar tidak merembet ke tanah air.
"Masih ada banyak lagi hal lain yang harus dilakukan secara bersama. Jadi bukan mengacu kepada pelemahan Rupiah saja untuk menjelaskan situasi ekonomi di tanah air. Walaupun kita sepakat bahwa Rupiah yang stabil adalah yang paling aman bagi ekonomi nasional," jelasnya.
Gunawan menjelaskan, Rupiah bisa saja menguat jika The FED atau Bank Sentral AS benar-benar memangkas atau setidaknya memberikan gambaran kapan pemangkasan besaran bunga acuannya.
Sikap The FED yang masih belum jelas kapan akan mulai memangkas bunga acuan, menjadi salah satu pemicu menguatnya US Dolar belakangan ini.
"Jadi US Dolar yang diuntungkan dengan kebijakan Bank Sentral AS tersebut memaksa Rupiah untuk berada pada titik keseimbangan baru (melemah). Walaupun kalau berkaca pada hitung-hitungan moneter hal tersebut terlihat lumrah terjadi," katanya.
Akan tetapi, dampak dari depresiasi Rupiah terhadap masyarakat tidak bisa dianggap enteng. Karena pelemahan nilai tukar Rupiah bisa membuat harga kebutuhan hidup sehari-hari mengalami kenaikan. Baik kebutuhan pokok seperti Beras, BBM, Bawang hingga kebutuhan produk olahan lainnya seperti mi instan dan banyak lagi.
"Disinilah pentingnya sinergi antar lembaga pemerintah, sehingga upaya untuk mengendalikan rupiah bukan hanya ada di pundak BI saja. Belakangan ini Gubernur BI, Menteri Keuangan, Kepala OJK dan Lembaga Penjamin Simpanan telah dipanggil Presiden terkait dengan pelemahan mata uang Rupiah kan," ujarnya.
(SLF)