Rusia Bakal Lanjutkan Ekspor Biji-Bijian Laut Hitam, Harga Gandum Melorot
Harga gandum mengalami penurunan setelah Rusia diperkirakan akan memperpanjang kembali ekspor komoditas biji-bijian laut hitam.
IDXChannel - Harga gandum mengalami penurunan di bursa berjangka setelah Rusia diperkirakan akan memperpanjang kembali kesepakatan dagang, termasuk ekspor komoditas biji-bijian di Laut Hitam.
Pasar nampak merespons positif tanda-tanda kemajuan dari pembicaraan sejumlah otoritas untuk mengaktifkan kembali kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina dan sejumlah pasokan pertanian dari Rusia.
Kabar ini berimbas terhadap penurunan harga gandum di bursa berjangka Amerika Serikat dan Eropa.
Data mencatat, kontrak gandum teraktif di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 1,33% di USD8,07 per gantang. Sedangkan di Eropa, harga gandum Desember di Euronext merosot 1,7% menjadi EUR318,50 per ton.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov pada Selasa kemarin (15/11) mengatakan, telah berkomunikasi dengan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait kesepakatan dagang.
Lavrov menyebut Rusia diminta oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk membuka pembatasan ekspor biji-bijian dan pupuk.
Di tempat yang berbeda, juru bicara Kremlin menyatakan, Rusia akan mengumumkan keputusannya 'pada waktu yang tepat', sebagaimana diwartakan kantor berita TASS, dikutip Rabu (16/11).
Pernyataan Moskow itu mengindikasikan adanya kesepakatan dagang baru, yang diperkirakan akan terwujud setelah tenggat waktu masa perjanjian sebelumnya berakhir pada 19 November.
Jubir menambahkan, kesepakatan baru nanti akan bergantung terhadap sejumlah ketentuan demi memastikan ekspor pertanian dan pupuknya tetap berjalan, meskipun ada hambatan dari sanksi internasional.
Melansir Reuters, Rabu (16/11), adanya kemajuan diplomasi petinggi di negara-negara produsen gandum untuk memperpanjang masa ekspor diperkirakan bakal membuat harga gandum akan kembali turun pada masa mendatang.
Sebagai catatan, Komisi Uni Eropa mencatat total nilai ekspor gandum lunak mencapai 13,35 juta ton pada 2022 atau 2023, yang notabene hampir 10% lebih cepat dari periode sebelumnya.
(FAY)