Rusia Bantah 400 Tentaranya Mati Terbunuh Oleh Ukraina
Pemerintah Rusia membantah isu soal 400 tentaranya terbunuh oleh Ukraina dalam serangan di wilayah Donetsk.
IDXChannel - Pemerintah Rusia membantah isu soal 400 tentaranya terbunuh oleh Ukraina dalam serangan di wilayah Donetsk. Rusia menyatakan hanya terdapat 63 tentara yang tewas dalam serangan tersebut.
Dilansir BBC, serangan pada Tahun Baru tersebut menghantam sebuah gedung di Kota Makiivka yang menjadi tempat tinggal tentara rusia.
Editor BBC Rusia, Steve Rosenberg mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan serangan yang mematikan dan berdiam diri bukan sebuah pilihan bagi Rusia.
Serangan tersebut merupakan serangan dengan korban terbesar yang diakui pihak militer Rusia semenjak awal invasi.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukan Ukraina menembakkan enam roket menggunakan sistem roket Himars buatan AS di sebuah gedung yang menampung pasukan Rusia dan dua dari roket tersebut berhasil di tembak jatuh.
Seorang komentator pro-Rusia, Igor Girkin mengatakan ratusan tentara tewas dan terluka, walaupun jumlah pastinya masih belum diketahui karena masih banyak yang hilang.
“Bangunan itu sendiri hampir hancur total," katanya.
Dia menambahkan bahwa para korban sebagian besar merupakan pasukan wajib militer yang baru ditugaskan. Dia juga mengatakan amunisi disimpan di gedung menyebabkan kerusakan semakin parah.
"Hampir semua peralatan militer juga hancur, yang berdiri tepat di samping gedung tanpa penyamaran apapun," ujarnya.
Terlepas dari sikapnya yang pro-Rusia, Girkin secara teratur mengkritik kepemimpinan militer Rusia dan taktik mereka.
Menurut pernyataan militer Ukraina sebelumnya, 300 tentara Rusia mengalami luka-luka dan 400 orang tentara diperkirakan tewas.
Selain itu, Tentara Ukraina mengklaim hampir setiap hari mereka berhasil membunuh lusinan hingga ratusan tentara Rusia.
Ukraina belum mengkonfirmasi serangan itu dilakukan dengan rudal Himars, hal tersebut merka lakukan untuk mempertahankan strategi lama dalam merahasiakan rincian spesifik tentang serangannya.
Penulis: Ahmad Dwiantoro
(SLF)