ECONOMICS

Rusia hingga Korsel Tawarkan Teknologi untuk Bangun PLTN di Indonesia

Anggie Ariesta 27/04/2025 23:59 WIB

Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (Himni) menyebut, banyak negara yang menawarkan teknologi pembangunan PLTN di Indonesia.

Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (Himni) menyebut, banyak negara yang menawarkan teknologi pembangunan PLTN di Indonesia. (Foto: iNews Media/Anggie Ariesta)

IDXChannel - Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (Himni) menyebut, banyak negara yang menawarkan teknologi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Dengan demikian, sudah saatnya bagi Indonesia untuk membangun PLTN.

Ketua Umum Himni, Susilo Widodo mengatakan, banyak negara yang ingin berbagi teknologi pengembangan PLTN kepada Indonesia. Baru-baru ini, Inggris tertarik bekerja sama dengan Indonesia untuk membangun PLTN.

Hal itu terungkap dalam pertemuan antara Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo dengan Perdana Menteri Inggris 1997-2007, Tony Blair yang membicarakan peluang kerja sama di bidang PLTN. Susilo menganggap rencana itu sebagai sesuatu hal yang positif untuk mempercepat program energi nasional berbasis nuklir.

"Kalau Inggris mau jadi pemain (PLTN) juga, ya itu menambah pilihan (teknologi) kita. Semakin banyak pilihan semakin bagus bagi kita," ujar Susilo di Jakarta, Minggu (27/4/2025).

Menurut Susilo, Inggris bukan satu-satunya negara yang menawarkan teknologi nuklir kepada Indonesia. Dia menyebut, negara-negara seperti China dan Rusia justru memiliki teknologi nuklir yang lebih mutakhir serta memiliki reputasi yang kuat dalam membangun PLTN di luar negeri.

"Kalau Inggris, saya malah baru dengar. Reputasi Inggris membangun PLTN di luar, sepertinya belum gegap gempita dibanding Rosatom dari Rusia atau Korea," katanya.

Kendati demikian, Susilo mengatakan, apapun teknologinya harus memenuhi aspek keselamatan berstandar internasional. Dia juga mengingatkan bahwa ke depan Indonesia tidak hanya membangun satu atau dua unit PLTN saja mengingat kebutuhan energi nasional yang sangat besar.

"Kalau melihat angka-angka kebutuhan listrik kita, satu unit PLTN besar itu biasanya 1,5 gigawatt. Kalau PLTN kecil modular bisa 250 megawatt. Ini tergantung kebutuhan dan kondisi jaringan listrik di daerah," ujarnya.

Menurut Susilo, PLTN kecil sangat cocok untuk wilayah-wilayah terpencil yang kebutuhan listriknya lebih rendah, mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan tersebar.

Dengan banyaknya pilihan dari negara-negara mitra, Susilo berharap pemerintah dapat memilih teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhan nasional dan mempertimbangkan aspek keberlanjutan serta kemandirian teknologi.

(Rahmat Fiansyah)

SHARE