ECONOMICS

Rusia Wajibkan Transaksi Gas Menggunakan Rubel, Uni Eropa Bereaksi

Taufan Sukma/IDX Channel 24/03/2022 12:22 WIB

Rusia menerapkan kebijakan baru yang mewajibkan pembayaran menggunakan mata uang rubel untuk seluruh transaksi gas bumi yang mereka impor ke sejumlah Uni Eropa.

Rusia Wajibkan Transaksi Gas Menggunakan Rubel, Uni Eropa Bereaksi (foto: MNC Media)

IDXChannel - Rusia menerapkan kebijakan baru yang mewajibkan pembayaran menggunakan mata uang rubel untuk seluruh transaksi gas bumi yang mereka impor ke sejumlah Uni Eropa. Langkah ini diambil oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, guna mempertahankan nilai tukar rubel terhadap mata uang internasional lain, seiring tekanan yang muncul akibat sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Uni Eropa kepada negara tersebut.

Menyikapi hal ini, negara-negara Uni Eropa pun menyampaikan protes. Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, misalnya, menyebut bahwa kebijakan pewajiban transaksi gas menggunakan rubel itu sebagai pelanggaran kontrak dan tidak dapat dibenarkan. 

Tak hanya Jerman, negara-negara yang selama ini merupakan importir gas bumi dari Rusia juga menyampaikan keluhan senada. "Ini merupakan pelanggaran aturan pembayaran yang termasuk dalam kontrak saat ini," ujar salah satu tokoh senior Pemerintah Polandia, sebagaimana dilansir Rueters, Kamis (24/3/2022).

Menurut sumber tersebut, Polandia tidak berniat menandatangani kontrak baru dengan Gazprom setelah kesepakatan mereka akan berakhir pada akhir tahun ini. Pewajiban pembayaran menggunakan rubel dianggap menyusahkan, lantaran dengan adanya sejumlah sanksi untuk Rusia saat ini, menyebabkan banyak bank besar yang enggan melakukan transaksi yang berkaitan dengan segala aset milik pemerintah atau pengusaha Rusia.

Senada dengan Polandia, Eneco, pemasok gas Belanda yang membeli 15 persen pasokan gasnya dari anak usaha Gazprom, Wingas, juga enggan untuk memperbarui kontrak pembelian gasnya dengan menggunakan rubel sebagai alat bayar. "Kami memiliki kontrak jangka panjang menggunakan Euro, dan kami tidak membayangkan akan setuju dengan (perubahan) itu," ujar Juru Bicara Eneco.

Menurut Gazprom, sedikitnya ada 58 persen dari penjualan gas alam ke Eropa dan negara-negara lain pada 27 Januari lalu masih diselesaikan dalam euro. Dolar AS menyumbang sekitar 39 persen dari penjualan kotor, dan poundsterling sekitar tiga persen saja. Komoditas yang diperdagangkan di seluruh dunia memang sebagian besar ditransaksikan dalam dolar AS atau euro, yang merupakan sekitar 80 persen dari cadangan mata uang dunia.

"Tidak ada masalah untuk pasokan (gas). Kami hanya berbicara soal (mata uang) itu. Ada rekanan keuangan di Bulgaria yang tidak masalah, dan dapat merealisasikan transaksinya juga dalam rubel. Jadi tidak ada masalah (dengan pembayaran menggunakan rubel). Tidak ada risiko (gangguan). (Terbukti) Bisa dilakukan dan kami ingin semua (negara importir) melakukan hal serupa," ujar Menteri Energi Rusia, Alexander Nikolov, dalam kesempatan terpisah.

SHARE