Saham Nippon Steel Turun usai Proses Akuisisi US Steel Ditolak Joe Biden
Saham Nippon Steel turun setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menolak akusisi US Steel oleh perusahaan baja Jepang itu.
IDXChannel- Saham Nippon Steel turun setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menolak akusisi US Steel oleh perusahaan baja Jepang itu.
Dikutip dari Bloomberg, Senin (6/1/2025), Saham Nippon Steel turun 1,5 persen menjadi 3.136 yen per saham di perdagangan Senin, pukul 9:58 pagi waktu Tokyo. Nilai itu di bawah indeks acuan Nikkei 225 yang sebelumnya turun sebanyak 2,3 persen.
Biden menolak kesepakatan merger senilai USD14,1 miliar pada Jumat (6/1/2025). Dalam sebuah pernyataan tertulis, dia mengatakan akusisi itu akan menempatkan produsen baja utama AS di bawah kendali asing.
Menurutnya hal menimbulkan risiko pada rantai pasokan yang penting.
Sementara itu, US Steel dan Nippon Steel menolak anggapan itu. Dalam pernyataannya, kedua perusahaan itu mengatakan tidak ada bukti ancaman keamanan nasional, dan menggambarkan keputusan tersebut sebagai keputusan politik.
Drama upaya pembelian US Steel oleh Nippon Steel telah berlangsung selama bertahun-tahun. Banyak pihak di AS menolak hal tersebut karena US Steel dianggap sebagai perusahaan strategis.
Nippon Steel merupakan produsen baja terbesar ketiga di dunia asal Jepang. Dengan mencaplok US Steel, perusahaan tersebut akan naik ke posisi kedua.
Kepala Strategi Global Tokai Tokyo Intelligence Lab, Shoji Hirakawa tak heran dengan langkah yang diambil Joe Biden. Dia juga menyebut AS tetap tak akan menyetujui proses merger tersebut meski nantinya berganti presiden ke Donald Trump.
"Presiden Biden telah menyatakan penentangannya terhadap kesepakatan tersebut selama beberapa waktu, dan pasar telah memperhitungkan kemungkinan ini," katanya dilansir dari Washington Post.
"Kemungkinan besar (Donald Trump) akan mempertahankan sikap ini juga," tuturnya.
Dengan gagalnya proses merger ini, US Steel harus mencari sumber dana alternatif untuk investasi. Sebab saat ini US Steel yang sangat membutuhkan dana segar.
(Ibnu Hariyanto)