ECONOMICS

Sandinomics: Indonesia Mampu Hadapi Krisis Ekonomi Global

Desi Angriani 25/10/2022 20:40 WIB

Indonesia dinilai mampu menghadapi krisis ekonomi global tahun ini serta prediksi akan gelapnya perekonomian dunia tahun depan.

Sandinomics: Indonesia Mampu Hadapi Krisis Ekonomi Global (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal menilai Indonesia mampu menghadapi krisis ekonomi global tahun ini serta prediksi akan gelapnya perekonomian dunia tahun depan.

Buruknya perekonomian global yang dipicu inflasi tinggi, krisis pangan dan energi hingga perang Rusia-Ukraina memang berimbas terhadap Indonesia. Namun, pertumbuhan ekonomi RI masih terjaga dan stabil.

"Kalau dua kuartal berturut-turut kita mengalami pertumbuhan ekonomi negatif atau minus, artinya sudah masuk wilayah resesi," paparnya dalam Talkshow Sandinomics bertajuk 'Memahami Resesi dan Relevansi Pemenang Nobel Ekonomi Tahun 2022', Selasa (25/10/2022).

Meski sempat melambat, perekonomian Indonesia membaik pasca terkendalinya covid-19. Ekonomi Indonesia tercatat tumbuh positif sejak kuartal II tahun 2021, yakni sebesar 3,69 persen. 

Pertumbuhan ekonomi pun kembali meningkat pada kuartal II 2022 sebesar 5,44 persen. Merujuk hal tersebut, Fithra menjelaskan kemungkinan Indonesia memasuki zona resesi sangat kecil.

“Apakah kita bisa memasuki masa resesi berikutnya? Bisa saja, tetapi dalam konteks sekarang, (pertumbuhan ekonomi) 5,44 persen. Untuk jatuh negatif itu butuh suatu usaha yang sangat signifikan," ungkap Fithra.

Pernyataannya merujuk kicauan Managing Director IMF, Kristalina Georgieva lewat postingan twitter pribadi pada 11 Oktober 2022. "Indonesia remains a bright spot in a worsening global economy!" 

Cuitan ini, katanya, menjadi bukti perekonomian Indonesia sangat menjanjikan di tengah buruknya perekonomian global. "Saya melihat data-data yang ada dalam setahun terakhir ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia jauh dari resesi," imbuh Alex Datuk. 

Jadi, meski inflasi Indonesia mengalami kenaikan, Alex menyebutkan tingkat inflasi tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan banyak negara lainnya.

“Kita lalu lihat neraca perdagangan yang sudah persistent (bertahan) surplus selama 29 bulan berturut. Hal ini merupakan salah satu indikator kesehatan ekonomi," ungkap Alex.

BPS telah merilis surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 mencapai USD 4,99 miliar dengan kontribusi sektor nonmigas senilai USD 7,09 miliar.

“Data perekonomian Indonesia tidak menunjukkan tren resesi, sehingga probabilitas resesi itu kecil. Kalau di negara-negara yang sekarang diprediksi bakal mengalami resesi, trennya data nya sudah menunjuk kearah tersebut, seperti diantaranya inflasi terlalu tinggi, krisis energi atau pangan, itu semua menjadi salah satu indikator. Tapi saya tidak melihat itu di Indonesia," jelasnya.

(DES)

SHARE