ECONOMICS

Sang Induk Sea Cetak Laba Kuartalan Pertama Kali, Shopee Indonesia Kembali PHK

Maulina Ulfa - Riset 09/03/2023 16:32 WIB

Shopee Indonesia kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.

Sang Induk Sea Cetak Laba Kuartalan Pertama Kali, Shopee Indonesia Kembali PHK. (Foto: KrASIA)

IDXChannel - Shopee Indonesia kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Dalam pernyataan resmi yang diterima IDX Channel, Shopee menyatakan pihaknya melakukan langkah penyesuaian sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional.

“Shopee berkomitmen untuk memberikan dukungan bagi karyawan yang terdampak dari keputusan ini. Proses ini dilakukan mengikuti perundang-undangan dengan masa pemberitahuan 14 hari kerja sebelum tanggal kerja terakhir,” kata pernyataan resmi Shopee yang terima IDX Channel, Kamis (9/3).

Dalam pernyataan resminya, Shopee menyatakan karyawan yang terdampak akan mendapatkan pesangon sesuai ketentuan perundang-undangan dengan tambahan 1 bulan gaji dan bagi karyawan Muslim tetap mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) sesuai ketentuan yang berlaku.

Seluruh karyawan yang terdampak juga masih dapat menggunakan asuransi kesehatan perusahaan hingga 3 bulan setelah hari kerja terakhir.

Shopee Indonesia memastikan langkah ini tidak akan mempengaruhi operasi bisnis dan layanan kami kepada seluruh Penjual, Pembeli dan Mitra kami,” imbuh Shopee.

Sebelumnya, kabar ini berembus setelah akun influencer startup, Ecommurz, membocorkan di akun twitternya, Kamis (9/3).

Dalam keterangan cuitannya, sebagian besar karyawan yang terdampak adalah ops team yang tersebar di wilayah Jogja, Solo, dan Jakarta.

“Pengumuman PHK ini disampaikan dalam town hall meeting berdurasi empat menit. Sebanyak 500 lebih karyawan terdampak dan dimungkinkan akan mencapai 2000 orang,” tulis Ecommurz di akun Twitternya, Kamis (9/3).

Kinerja Laporan Keuangan Sea Positif Q4 2022

Dilaporkan sebelumnya, Induk Shopee di Singapura, Sea Ltd berhasil membukukan laba kuartalan pertamanya sejak go public lima tahun lalu. Ini seiring upaya restrukturisasi perusahaan yang mencakup pemangkasan ribuan karyawan, ‘pembekuan’ gaji hingga pemangkasan beban.

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek New York (NYSE) ini membukukan laba bersih sebesar USD422 juta untuk periode Oktober-Desember 2022 atau kuartal IV 2022, turnaround dari kerugian sebelumnya sebesar USD616 juta pada periode yang sama 2021.

Meski demikian, dalam setahun penuh 2022 Sea masih membukukan rugi mencapai USD1,66 miliar. Meskipun kerugian ini menurun 18,9% dari tahun sebelumnya sebesar USD204 miliar.

Pada periode yang sama, induk Shopee ini membukukan EBITDA yang disesuaikan (penghasilan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar USD196 juta hanya untuk segmen e-commerce, berbalik positif untuk pertama kalinya setelah di tahun sebelumnya mencatatkan minus USD877,73 juta.

Adapun, pendapatan grup ini mencapai USD3,45 miliar, naik 7% dalam tiga bulan periode Oktober-Desember tahun lalu. Sementara pendapatan secara penuh dalam setahun mencapai USD12,44 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang mencapai USD9,95 miliar.

Padahal, Sea memperoleh pendapatan di segmen e-commerce, di mana Shopee menjadi platform utamanya dengan kenaikan pendapatan mencapai 50% menjadi USD2,23 miliar dibanding 2021. Kinerja ini disebabkan pertumbuhan di pasar Asia dan didorong biaya penjualan dan pemasaran yang berkurang lebih dari setengahnya. (Lihat tabel di bawah ini.)

Namun segmen bisnis game seperti Garena masih berjuang membalik kerugian, seiring pendapatan turun 33% menjadi USD948 juta.

Kondisi tersebut disebabkan karena pengguna game berbayar menurun selama lima kuartal berturut-turut. Pengguna yang membayar mencapai 43,6 juta untuk kuartal Oktober-Desember, turun 44% dari tahun sebelumnya.

Pada gilirannya hal ini berkontribusi pada kerugian bersih tahunan sebesar USD1,65 miliar sepanjang 2022, menyempit 19% dari tahun sebelumnya.

Mengutip Bloomberg, analis memperkirakan kerugian rata-rata yang dihadapi Sea akan mencapai USD434 juta. Sementara, pertumbuhan pendapatan Sea melambat secara dramatis tetapi penjualan masih melebihi perkiraan, naik 7,1% menjadi USD3,5 miliar.

Di level top management, terdapat kebijakan untuk memotong gaji dan memperketat kebijakan pengeluaran perusahaan. Termasuk membatasi kenaikan gaji dan memberikan bonus yang lebih rendah untuk karyawan pada tahun lalu.

CEO Sea Forest Li disebut akan mulai menuju surplus keuangan dengan target arus kas positif tanpa bergantung pada pendanaan eksternal dan akan menjadi goal perusahaan di awal 2024.

"Sebagian besar perubahan besar yang perlu kami lakukan sudah selesai. Dengan disiplin dan tekad yang berkelanjutan, saya yakin kami berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan kami," kata Li dalam sebuah memo internal dikutip Nikkei Asia, Rabu (7/3). (ADF)

SHARE