ECONOMICS

Saran Ekonom Buat Pengusaha Restoran Hadapi PPKM dan Covid-19

Hafid Fuad 10/02/2021 23:00 WIB

Pandemi virus Covid-19 dan kebijakan PPKM skala mikro memang berdampak besar bagi para pengusaha restoran.

Saran Ekonom Buat Pengusaha Restoran Hadapi PPKM dan Covid-19 (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Pandemi virus Covid-19 dan kebijakan PPKM skala mikro memang berdampak besar bagi para pengusaha restoran. Tercatat sudah lebih dari 1.000 restoran tutup karena badai virus ini.

Menanggapi hal tersebut Pengamat ekonomi dari INDEF Nailul Huda menilai kondisi tersebut wajar terjadi. Karena secara ekonomi tentu saja pembatasan jam operasional membuat omzet restoran berkurang. 

Layanan dine-in memang menjadi penyumbang utama pendapatan restoran. Layanan take away belum menjadi penyumbang utama mereka. 

“Pembatasan jam operasional menjadi kebijakan negatif bagi restoran ini. Dampaknya banyak yang tutup," kata Huda saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (10/2/2021).

Namun demikian, bila dilihat dari sisi kebijakan kesehatan publik ini tepat dilakukan dan bahkan dikurangi jam operasionalnya untuk menghindari potensi penularan. "Karena tempat makan bisa menjadi tempat outbreak pandemi," lanjutnya.

Dia menambahkan seharusnya pelaku restoran tersebut fokus ke layanan pesan antar, baik via aplikasi maupun dilakukan sendiri. Di tengah pandemi, perlu perubahan yang signifikan dari strategi restoran untuk bertahan. "Efisiensi menjadi kunci. Bisa dari jenis lauk yang dihidangkan ataupun dari sisi pengantaran. Ini bisa menjadi kunci mereka survive," katanya.

Terpisah, CEO Qasir Michael Williem mengatakan pihaknya antusias menawarkan platform Point of Sale (POS) untuk bisnis segmen usaha nano dan mikro. Pihaknya menyasar pelaku usaha yang sigap melakukan adaptasi, baik itu penerapan protokol kesehatan, ataupun adaptasi teknologi.

Melihat daya tahan dan kreativitas pelaku usaha mikro saat ini, dirinya cukup optimistis UMKM Indonesia dapat kembali pulih di tahun 2021. Michael menambahkan, pola strategi bertahan UMKM di tahun ini seharusnya tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Beberapa langkah serius yang bisa dilakukan antara lain mendorong bisnisnya punya status formal dan merapikan pencatatan. 

“Biasanya usaha baru mengandalkan  proses manajerial secara manual, mulai dari arus kas, pengecekan stok barang hingga operasional inventaris lainnya. Kini mereka dapat beralih ke layanan digital. Dengan begitu pelaku bisnis dapat fokus pada perencanaan bisnisnya. Bahkan mungkin bisa mulai melakukan ekspansi pasar walaupun di tengah kondisi yang serba tidak pasti akibat pandemi Covid-19,” ujar Mike hari ini.

Tidak dapat dipungkiri, transformasi digital membuat UMKM menjadi lebih berdaya saing. Misalnya ketika pelaku bisnis UMKM menjalin kemitraan dengan layanan pengiriman online, kolaborasi dengan platform e-commerce dalam menjalankan promo, program bundling, dan strategi lain yang tujuannya membuat produk berputar terus.

Strategi penting yang dilihatnya adalah kemampuan pelaku UMKM untuk menarget kebutuhan yang baru muncul di era normal baru. Contohnya pada bisnis kuliner. Sebelum pandemi, tipe kuliner yang dijual cukup standar jenisnya.

"Saat ini, kita lihat ada kopi kemasan literan, kue-kue kekinian yang biasanya ada di kafe high-end, sekarang bisa dibeli dengan harga terjangkau. Belum lagi segmen hobi seperti tanaman hias dan kerajinan. Banyak usaha-usaha baru bermunculan di masa pandemi dan menarget generasi milenial yang digital savvy ini sebagai pangsa pasar. Secara tidak langsung, kemunculan usahawan baru ini juga berdampak positif pada bisnis kami selama tahun 2020 lalu,"  jelas Michael. (RAMA)

SHARE