ECONOMICS

Seimbangkan Neraca Perdagangan, Ini Sederet Rencana Strategis RI-AS di Bidang Energi

Nia Deviyana 18/11/2025 10:57 WIB

Amerika Serikat (AS) telah menjadi mitra strategis Indonesia sehingga penting untuk menjaga keseimbangan perdagangan.

Seimbangkan Neraca Perdagangan, Ini Sederet Rencana Strategis RI-AS di Bidang Energi. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Amerika Serikat (AS) telah menjadi mitra strategis Indonesia sehingga penting untuk menjaga keseimbangan perdagangan.

Berdasarkan data nasional, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat tercatat mencapai USD26,4 miliar, sementara impor berada pada kisaran USD12 miliar, sehingga menghasilkan defisit perdagangan sebesar USD14 miliar. Sementara itu, menurut data Pemerintah AS, defisit tercatat sebesar USD18 miliar. 

"Untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan, Indonesia dan Amerika Serikat tengah menyiapkan sejumlah kesepakatan komersial strategis, di antaranya rencana peningkatan impor energi dari AS senilai USD15 miliar dan pembelian produk pertanian sebesar USD4,5 miliar. Upaya ini secara efektif akan menyeimbangkan posisi perdagangan kedua negara," ujar Airlangga dalam 13th US-Indonesia Investment Summit 2025 - Turning Headwinds into Opportunities: Unlocking Investment Potential to Power Indonesia’s Growth, Senin (17/11/2025).

Lebih lanjut, Airlangga juga menyampaikan mengenai kerja sama pengembangan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) oleh Exxon. Indonesia berharap proyek CCS dapat segera direalisasikan sebagai bagian dari komitmen bersama dalam memperkuat transisi energi dan pengurangan emisi karbon. 

Selain itu, terkait dengan peresmian proyek kilang di Cilegon senilai USD4 miliar oleh Presiden Prabowo Subianto, yang menjadi tonggak penting kemandirian dan hilirisasi industri nasional. 

Pada kesempatan yang sama, Airlangga menegaskan bahwa Indonesia tengah melanjutkan proses negosiasi dengan Amerika Serikat dan diharapkan kesepakatan kerja sama tersebut dapat segera ditandatangani. Pemerintah menekankan pentingnya finalisasi perjanjian tersebut untuk memperkuat kemitraan ekonomi dan membuka peluang investasi yang lebih luas bagi kedua negara.

“Jadi saya pikir penting bagi Indonesia bahwa di tengah ketidakpastian global, Indonesia masih dapat mengelola pertumbuhan 5 persen pada kuartal ketiga, dan sebenarnya Indonesia dalam 7 tahun terakhir pertumbuhan sebesar 5 persen,” ujar  Airlangga.

(NIA DEVIYANA)

SHARE