ECONOMICS

Sektor Manufaktur RI Hadapi Tekanan Berat,  Ini Faktor Penghambatnya

Desi Angriani 05/07/2025 12:28 WIB

Pada Juni 2025, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia turun menjadi 46,9, dari posisi 47,4 pada bulan sebelumnya.

Sektor Manufaktur RI Hadapi Tekanan Berat,  Ini Faktor Penghambatnya (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Sektor manufaktur Indonesia masih akan menghadapi tekanan berat seiring dengan belum pulihnya permintaan global hingga konsumsi domestik.

Pada Juni 2025, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia turun menjadi 46,9, dari posisi 47,4 pada bulan sebelumnya.

Ini menjadi bulan ketiga terjadinya kontraksi yang mencerminkan meluasnya pelemahan permintaan. Hal tersebut ditandai dengan menyusutnya pesanan baru dalam skala yang paling tajam sejak Agustus 2021.

Penurunan output juga masih terjadi, meskipun kontraksinya sedikit lebih moderat dibandingkan Mei lalu. Lemahnya permintaan turut mendorong perusahaan menyesuaikan kapasitas produksi, yang tercermin dari penurunan jumlah tenaga kerja dengan laju tercepat dalam hampir empat tahun terakhir.

"Pemulihan permintaan global yang belum merata dan konsumsi domestik yang belum menunjukkan perbaikan signifikan menjadi hambatan utama," tulis riset Samuel Sekuritas, Jumat (4/7/2025).

Meski demikian, Samuel Sekuritas melihat adanya sinyal positif seperti penjualan ekspor yang tercatat stabil pada Juni setelah dua bulan sebelumnya mengalami kontraksi.

Ini mengindikasikan bahwa permintaan eksternal mulai menemukan titik dasar, sejalan dengan perbaikan perdagangan di kawasan regional.

Selain itu, waktu pengiriman dari pemasok mengalami perbaikan, yang menunjukkan bahwa kondisi rantai pasokan mulai stabil dan tekanan terhadap input bahan baku berkurang.

Dari sisi biaya, inflasi input merosot ke level terendah sejak Oktober 2020. Penurunan ini memberikan sedikit ruang bagi produsen untuk bernapas di tengah tekanan biaya yang masih tinggi, terutama akibat pelemahan nilai tukar rupiah.

Sementara sentimen bisnis di kalangan pelaku industri kini berada di level terendah dalam delapan bulan terakhir yang disebabkan oleh ketidakpastian global, fluktuasi harga komoditas, kebijakan proteksionisme seperti tarif dari Donald Trump, dan ketegangan geopolitik.

Karena itu, pemerintah dinilai perlu melakukan percepatan belanja infrastruktur, stimulus fiskal hingga hilirisasi industri lewat inisiatif Danantara.

(DESI ANGRIANI)

SHARE