ECONOMICS

Sektor Padat Karya Berpotensi Jadi Tujuan Investasi Asing Usai Kesepakatan Tarif AS

Anggie Ariesta 08/08/2025 13:19 WIB

Penanaman Modal Asing di Indonesia diperkirakan membaik seiring finalisasi aturan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat (AS).

Sektor Padat Karya Berpotensi Jadi Tujuan Investasi Asing Usai Kesepakatan Tarif AS. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - Prospek Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing di Indonesia diperkirakan membaik seiring finalisasi aturan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat (AS).

Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari, mengatakan Indonesia berpeluang besar untuk menarik FDI di sektor manufaktur padat karya (mid-tech), terutama karena adanya pergeseran rantai pasok global.

Saat ini, kata dia, FDI global cenderung masih lemah. Namun, situasi ini akan berubah setelah kepastian aturan tarif baru terbentuk. Indonesia dapat mengambil manfaat dari perombakan rantai pasok global, serupa dengan apa yang dialami beberapa negara ASEAN lainnya di era pemerintahan AS sebelumnya.

"Saya yakin Indonesia bisa menarik FDI di putaran kedua (semester II-2025), terutama di manufaktur mid-tech," kata Pranjul dalam Media Briefing HSBC, Jumat (8/8/2025).

Pranjul mendefinisikan manufaktur mid-tech sebagai sektor yang lebih padat karya, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan furnitur. 

Sektor-sektor tersebut, meskipun sudah menjadi andalan ekspor Indonesia, masih memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar.

Sebagai perbandingan, Pranjul menyebut ekspor pakaian jadi Indonesia ke seluruh dunia saat ini hanya setara 25 persen dari Vietnam, menunjukkan masih luasnya ruang untuk ditingkatkan.

Proyeksi HSBC ini sejalan dengan tren FDI yang terus menunjukkan pertumbuhan positif. Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi di Indonesia pada semester I-2025 mencapai Rp765 triliun, meningkat 16,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sektor-sektor yang paling banyak menarik FDI saat ini didominasi industri logam dasar, pertambangan, dan industri kimia.

Namun, dengan adanya peluang dari pergeseran rantai pasok dan sentimen positif pasca-kesepakatan tarif AS, sektor manufaktur padat karya diharapkan dapat menjadi target investasi baru yang signifikan. 

"Hal ini tidak hanya akan memperkuat struktur ekspor Indonesia, tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak," kata Pranjul.

(NIA DEVIYANA)

SHARE