ECONOMICS

Selama Pandemi, Pertamina Hemat Anggaran Operasional Rp29,5 Triliun

Suparjo Ramalan 03/01/2023 12:01 WIB

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap, pihaknya menemukan PT Pertamina (Persero) mencapai USD1,9 miliar atau setara Rp29,5 triliun. 

Selama Pandemi, Pertamina Hemat Anggaran Operasional Rp29,5 Triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap, pihaknya menemukan PT Pertamina (Persero) mencapai USD1,9 miliar atau setara Rp29,5 triliun. 

Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari penghematan dana selama 2020, 2021, dan 2022. Ia mengatakan, pada pada 2022 Pertamina menghemat anggaran operasional sebesar USD600 juta. 

Sementara sepanjang 2020-2021 efisiensi anggaran mencapai USD1,3 miliar. Dengan begitu, total dana yang ditekan mencapai USD1,9 miliar. 

Menurutnya, efisiensi anggaran operasional BUMN energi tersebut bagian dari perbaikan bisnis perusahaan secara menyeluruh. 

"Tahun ini pun saya cek itu ada penghematan USD600 juta. Total-totalnya ini USD1,8 miliar sampai USD1,9 miliar, Ini saya bulatkan. Artinya apa, kita ingin melakukan perbaikan menyeluruh di Pertamina," ungkap Erick saat melakukan peninjauan di SPBU Pertamina Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Pertamina memang memperkuat strategi keuangannya saat harga minyak mentah dunia melambung tinggi sepanjang 2022. Efisiensi keuangan pun dilakukan di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding.

Data sebelumnya mencatatkan selama 2021 Pertamina berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar USD 2,21 miliar. Jumlah ini diperoleh dari program penghematan biaya (cost saving) USD1,36 miliar, penghindaran biaya (cost avoidance) sebesar USD356 juta, dan tambahan pendapatan (revenue growth) sekitar US$495 juta. 

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini menjelaskan pihaknya mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi bisnis dari sisi keuangan maupun operasional dalam menghadapi tantangan harga minyak dunia yang melonjak signifikan.

Dari sisi finansial, perseroan menerapkan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group yang meliputi penghematan biaya (Cost Saving), penghindaran biaya (Cost Avoidance), dan peningkatan pendapatan. 

Paralel dengan upaya penghematan, Pertamina juga menjalankan program lindung nilai (hedging) untuk manajemen risiko pasar. Selain itu, perusahaan juga melakukan sentralisasi pengadaan, prioritas belanja modal dan manajemen aset dan liabilitas untuk menurunkan biaya atau beban bunga (cost of fund). 

“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan, agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,” tutur dia.

Selain, memperketat finansial, lanjut Emma, Pertamina juga menerapkan strategi operasional untuk meningkatkan pendapatan yang sebagian besar dijalankan oleh anak usaha yakni enam subholding. 

Di bisnis hulu, Pertamina terus meningkatkan produksi dan lifting Migas untuk memanfaatkan momentum naiknya harga minyak. Hasilnya, produksi naik 4 persen dan lifting 3 persen. 

(SLF)

SHARE