ECONOMICS

Semen Merah Putih Komitmen Berkontribusi Bangun Negeri Lewat Mandor Pintar Institute dan MPTree

Tangguh Yudha 07/11/2025 20:33 WIB

Semen Merah Putih menegaskan komitmennya berkontribusi dalam membangun Indonesia. Bentuk nyatanya melalui dua program, yaitu Mandor Pintar Institute dan MPTree.

Semen Merah Putih Komitmen Berkontribusi Bangun Negeri Lewat Mandor Pintar Institute dan MPTree. (Tangguh Yudha/Inews Media Group)

IDXChannel - Semen Merah Putih menegaskan komitmennya berkontribusi dalam membangun Indonesia. Bentuk nyatanya melalui dua program, yaitu Mandor Pintar Institute dan MPTree.

Head of Marketing Semen Merah Putih, Nyiayu Chairunnikma, menyebut keduanya menjadi representasi semangat Semen Merah Putih dalam membangun industri konstruksi yang lebih efisien, hijau, dan berkelanjutan, sejalan dengan prinsip 4P (People, Planet, Process, Product) yang menjadi pilar perusahaan.

Untuk program Mandor Pintar Institute, Nyiayu menyebut program itu menjadi pilar utama dalam aspek People. Melalui Mandor Pintar Institute, Semen Merah Putih memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada para pekerja konstruksi. 

Sertifikasi dilakukan berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bekerja sama dengan Balai Jasa Konstruksi Kementerian PUPR.

"Sampai dengan bulan ini, kita sudah mencatat lebih dari 500 pekerja konstruksi yang sudah kami latih dan sertifikasi. Jadi, kita sudah berjalan hampir dua tahun, punya terdata lebih dari 500 pekerja konstruksi," ujar Nyiayu dalam media gathering yang digelar di Jakarta Pusat pada Jumat (7/11/2025).

Untuk tahun ini, fokus utama bukan lagi menambah jumlah peserta, melainkan mengembangkan konsep pengelolaan dan pendampingan berkelanjutan bagi ratusan pekerja yang telah tersertifikasi. Langkah ini bertujuan agar peserta terus memperoleh pembaruan keterampilan dan mampu meningkatkan taraf hidup mereka.

"Supaya mereka tetap refresh pada keterampilan-keterampilan yang update, terus kemudian juga bisa menaikkan mereka punya  kehidupan. Kalau mereka lebih ahli, punya sertifikasi, itu akan menunjang pastinya kehidupan mereka akan lebih baik, kita harapkan," kata Nyiayu.

Selain program Mandor Pintar Institute, Semen Merah Putih juga menggarap inovasi lingkungan melalui program MPTree, yang menjadi pilar Planet perusahaan. Nyiayu menjelaskan MPTree merupakan pohon likuid berbentuk fotobioreaktor microalgae yang menggunakan spirulina. 

Teknologi ini diklaim mampu menyerap karbon hingga 20 kali lebih efektif dibandingkan satu pohon berusia 10–20 tahun.

Keunggulan lainnya, microalgae dapat menyerap jumlah karbon setara pohon dewasa hanya dalam waktu empat minggu, jauh lebih cepat dibandingkan pohon konvensional yang membutuhkan bertahun-tahun untuk tumbuh. Selain fungsi penyerap karbon, spirulina hasil panen dari microalgae juga berpotensi menjadi superfood bernilai tinggi karena kandungan vitamin dan mineralnya.

"Selain bisa menyerap karbon, dia juga sebenarnya bisa menjadi hasil panennya bisa menjadi superfood spirulina. Jadi superfood itu hasil panennya itu diolah bisa menjadi superfood yang mengandung mineral, vitamin, segala macam yang dibutuhkan tubuhlah itu superfood," kata Nyiayu.

Lebih jauh ia menuturkan bahwa unit MPTree akan ditempatkan di area publik yang memiliki tingkat emisi tinggi, seperti halte Transjakarta, untuk membantu meningkatkan kualitas udara. Harapannya, pengguna Transjakarta bisa merasakan udara yang lebih segar.

Nyiayu mengatakan prototipe MPTree telah melalui tahap pengujian dan kini memasuki 80 persen tahap akhir pembuatan unit asli. Unit pertama akan dipasang di pabrik Semen Merah Putih di Jati Asih untuk penyempurnaan akhir, mengingat kondisi lingkungan industri memiliki tingkat CO2, kelembapan, dan debu yang berbeda.

"Unit aslinya ini sudah rampung 80 persen, tinggal adjustment karena nanti unit pertama akan kita taruh dulu di pabrik, yang namanya pabrik benton ya, pasti kan ada karbonnya. Nah kita taruh di pabrik kami, di Jati Asih, itu kondisinya kan tingkat CO2nya berbeda, tingkat kelembapan udaranya berbeda, kondisi lingkungan debu dan sebagainya juga berbeda, jadi adjustment itu yang 20 persen lagi kita sedang lakukan," tutur Nyiayu.

(Febrina Ratna Iskana) 

SHARE