Siap-Siap Liburan ke Korea, Inflasi Negeri Ginseng ‘Sideways’ 5 Persen
Melihat mulai melandainya inflasi, negeri Ginseng sepertinya bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menghabiskan liburan akhir tahun.
IDXChannel - Korea Selatan mengumumkan inflasi konsumen berada di level 5% secara year on year (YoY) di penghujung 2022.
Tingkat inflasi ini sejalan dengan ekspektasi dan tetap tidak berubah dari bulan sebelumnya dan berada di level terendah tujuh bulan berturut-turut.
Melandainya inflasi ini didorong harga energi yang lebih rendah dan ekonomi yang lebih lambat mendorong perlambatan kenaikan harga dari sebelumnya sempat di level teringgi 6,3% di pertengahan tahun ini.
Bank of Korea (BOK) sebelumnya memilih kenaikan suku bunga 25 basis poin, angka yang lebih kecil menjadi 3,25% pada November. BOK sebelumnya memberikan kenaikan suku bunga 50 bps di bulan Oktober sebagai upaya untuk menyeimbangkan pertarungan melawan inflasi dengan risiko ekonomi.
Bank sentral Korea Selatan ini telah menaikkan suku bunga dengan total 275 basis poin sejak Agustus tahun lalu hingga akhir tahun.
Gubernur Bank of Korea, Rhee Chang-Yong mengatakan pihak bank sentral akan terus menaikkan suku bunga sesuai kebutuhan untuk beberapa waktu yang kemudian diklarifikasi hanya berlaku dalam periode tiga bulan.
Secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Korea Selatan naik 0,2%, rebound dari penurunan 0,1% di bulan November. Meski demikian, sepanjang tahun 2022, inflasi rata-rata di negeri Ginseng ini mencapai 5,1%, tertinggi sejak 1998.
Adapun inflasi inti di Korea Selatan mencapai 4,8% pada bulan Desember secara YoY, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 4,6%
Di Korea Selatan, komponen terpenting dalam pengukuran inflasi di antaranya di sektor Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Lainnya yang berkontribusi sebesar 17% dari total perhitungan inflasi. serta makanan dan minuman non-alkohol yang berkontribus sebesar 15% dari total inflasi.
Indeks lain yang diukur juga mencakup restoran dan hotel, minuman beralkohol dan tembakau, pendidikan, kesehatan, dan rekreasi dam budaya.
Melihat landainya inflasi Korea Selatan, negeri Ginseng sepertinya bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menghabiskan liburan akhir tahun.
Berdasarkan data Korea Tourism Organization, kedatangan Turis di Korea Selatan meningkat menjadi 472.484 pada Oktober dari sebelumnya 334.351 pada September 2022.
Hal ini menandakan inflasi dan gangguan ekonomi lainnya bukan menjadi halangan berarti untuk wisatawan datang ke negeri Ginseng.
Jika dibandingkan dengan Eropa misalnya, inflasi yang masih di atas 10% tentu tidak begitu menguntungkan bagi wisatawan karena melambungnya berbagai harga.
Dari sisi pendapatan, sektor pariwisata di Korea Selatan meningkat menjadi USD1,16 triliun pada September, meningkat dari sebelumnya sebesar USD1,09 triliun pada Agustus 2022.
Prospek Ekonomi Korsel dan Asia Tahun Depan
Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan bernilai USD1,79 triliun pada tahun 2021, menurut data resmi dari Bank Dunia. Nilai PDB Korea Selatan ini mewakili 0,81% dari ekonomi dunia.
Adapun pertumbuhan PDB negeri Ginseng pada September tahun ini hanya mencapai 2,6%, turun dari 4,1% tahun sebelumnya. Sementara proyeksi tahun depan GDP Korea Selatan diproyeksi hanya mencapai 2,3% hingga 1,5%, menurun dari performa tahun ini.
Sebagai negara ekonomi utama di Asia setelah China dan Jepang, kondisi ekonomi Korea yang lesu tentu bukan pertanda baik. Di tengah ancaman resesi di tahun depan, kesehatan ekonomi Korea menjadi indicator penting buat ekonomi dunia, khususnya kawasan Asia.
Menurut kajian Asia Development Bank (ADB), tiga hambatan utama terus menghambat pemulihan di negara ekonomi utama di Asia di antaranya adalah kebijakan lockdown di China, invasi Rusia ke Ukraina, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Prakiraan pertumbuhan untuk kawasan ini direvisi turun dari 4,3% menjadi 4,2% pada tahun 2022 dan dari 4,9% menjadi 4,6% pada tahun 2023.
Prakiraan inflasi regional direvisi sedikit turun untuk tahun 2022 dari 4,5% menjadi 4,4%. Namun proyeksi untuk tahun depan ditingkatkan dari sebelumnya 4,0% menjadi 4,2%.
Bahkan dengan prospek yang memburuk, Asia yang sedang berkembang akan tumbuh lebih besar dari kawasan lain dan mengalami inflasi lebih sedikit daripada kawasan lain di belahan dunia.
Merujuk pada data inflasi bulanan, sebanyak 22 dari 28 negara dengan ekonomi berkembang Asia, disebut ADB telah melalui puncak, termasuk di negara ekonomi terbesar Asia seperti China, India, Indonesia, Republik Korea, dan Taiwan.
Namun meskipun inflasi terus menunjukkan pendinginan baru-baru ini, angkanya masih cukup tinggi dibandingkan dengan level pra pandemi.
Gangguan rantai pasok global juga perlu dicermati lebih lanjut dan guncangan harga mungkin masih akan terjadi, sehingga diperlukan kewaspadaan bagi para pembuat kebijakan untuk menghadapi 2023. (ADF)