ECONOMICS

Siasati Lonjakan Harga, Semen Indonesia (SMGR) Gunakan Batu Bara Berkalori Rendah

M Iqbal 10/09/2021 18:15 WIB

PT Semen Indonesia akan mencoba menggunakan batu bara berkalori rendah guna mengatasi harga batu bara yang tinggi.

PT Semen Indonesia akan mencoba menggunakan batu bara berkalori rendah guna mengatasi harga batu bara yang tinggi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menghadapi kenaikan harga batu bara, Direktur PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Doddy Sulasmono Diniawan mengatakan pihaknya akan mencoba menggunakan batu bara berkalori rendah guna mengatasi harga batu bara yang tinggi.

Pada tahun ini, harga batu bara tercatat menembus USD100 perton pada Juni 2021 atau naik USD10,59 jika dibandingkan dengan bulan Mei 2021 yang mencapai USD89,74 per ton. 

Perusahaan dengan kode emiten SMGR ini tengah berupaya meningkatkan volume penjualan domestik, seiring permintaan semen nasional ditengah tantangan kompetisi yang semakin ketat.

Hal ini membuat Industri Semen mengalami tekanan yang cukup tinggi seiring naiknya harga batu bara acuan (HBA). Menurut Doddy dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pada pertengahan Agustus 2021 sudah mulai ada peningkatan permintaan di Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah dan Banten. 

Hal ini seiring dengan pelonggaran PPKM yang banyak terjadi di wilahan itu. Peningkatan permintaan itu tak hanya produk semen tetapi juga produk lainnya. PT Semen Indonesia berupaya menjaga pangsa pasar dan menjaga optimalisasi utilitasi pabrik dalam mencapai efisiensi biaya ditengah pandemi dan tantangan pasar yang semakin kompetitif. 

Emiten berkode saham SMGR itu berencana menciptakan peluang-peluang melalui inovasi produk dan layanan untuk meningkatkan penjualan.

Saat ini PT Semen Indonesia telah bertransformasi menjadi perusahaan penyedia building material semen Indonesia dengan cara mengembangkan berbagai produk dan solusi berkelanjutan bagi masyarakat.

Misalnya seperti Dynahome, yang merupakan solusi untuk mendukung program pengembangan rumah murah. Dengan Dynahome memungkinkan pembangunan rumah 12 kali lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan secara konvensional.(TIA)

SHARE