Simak Tantangan Ekonomi Global dan Imbasnya ke Indonesia di 2023
Tren ekonomi global tentu menjadi sorotan utama banyak pihak pada 2023 ini, bagaimana dampaknya ke Indonesia?
IDXChannel - Tren ekonomi global tentu menjadi sorotan utama banyak pihak pada 2023 ini. Sebelum berbicara mengenai hal tersebut, mari lihat kembali bagaimana kondisi ekonomi dunia sepanjang tahun 2022.
Dokumen yang dikutip tim Litbang MPI untuk mengetahui hal tersebut adalah milik World Bank Group bertajuk “Global Economic Prospects”, yang merangkum bahwa 2022 adalah tahun yang sulit bagi perekonomian global.
Bagaimana tidak, guncangan akibat krisis pandemi Covid-19 yang berlangsung selama 2 tahun baru saja berangsur pulih. Namun, invasi Rusia ke Ukraina di awal tahun 2022 kembali memperparah keadaan.
Imbas konflik Rusia-Ukraina tersebut bukan hanya pada kedua negara yang terlibat, namun juga global. Pasar komoditas, rantai pasok, inflasi, dan kondisi finansial mengalami guncangan hebat. Kondisi ekonomi secara global menunjukkan tren menurun, meskipun secara perlahan. Perang juga menyebabkan anjloknya harga dan melemahnya pasar.
Sebagian besar komoditas yang mengalami kenaikan harga berasal dari sektor pertanian dan pertambangan. Grafik milik Bank Dunia mencatat, minyak kedelai dan minyak sawit mengalami perubahan harga, masing-masing 33,2 persen dan 32,1 persen.
Sementara itu, kenaikan terbesar (hingga melebihi 100 persen) terjadi pada potassium chloride. Sementara batu bara mengalami kenaikan 74,7 persen dan nikel 51,7 persen.
Bagi Indonesia, dampak perang Rusia-Ukraina yang terasa adalah melemahnya nilai rupiah. Melansir Sindonews, perekonomian Indonesia terancam stagflasi atau melambat.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia diimbau untuk selalu waspada merespons berbagai fenomena global yang berlangsung. Menteri Keuangan Sri Mulyani melihat bahwa pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2022-2023 memang akan melemah.
Sama seperti apa yang dilaporkan Bank Dunia, Sri Mulyani menyebut pelemahan itu adalah akibat situasi geopolitik dan tidak pastinya pasar keuangan global. IMF, menurut Sri, menurunkan proyeksi ekonomi global ke angka 3,2 persen (sebelumnya 3,6 persen) pada tahun 2022. Angka tersebut akan lebih rendah lagi pada tahun 2023, yakni hanya 2,9 persen. Inflasi yang terjadi pada negara-negara berkembang bisa berada di angka 9,5 persen.
Secara keseluruhan, ada 5 tren yang harus diperhatikan dalam tahun 2023. Melansir laman IDXChannel, kelima tren tersebut adalah perlambatan pertumbuhan dan resesi, inflasi dan suku bunga, percepatan globalisasi, kebangkrutan, dan pembukaan kembali China. Dari kelima tren itu, hal yang cukup krusial adalah menyoal kembali dibukanya China setelah negara tersebut menutup perbatasannya.
Negara berjuluk ‘Negeri Tirai Bambu’ itu adalah salah satu pusat ekonomi dunia yang sempat lumpuh pada masa pandemi Covid-19. Hampir tiga tahun China memberlakukan penguncian dan penutupan perbatasan karena masifnya penyebaran virus Corona.
Namun pada 8 Januari 2023 mendatang, pemerintah China melonggarkan segala aturan dan mulai membuka perbatasan negaranya. Dengan kebijakan China tersebut, pemulihan ekonomi global akan berangsur terjadi.
Hal ini dianggap sebagai sebuah tren yang patut dicermati. Guardian menyebut bahwa Beijing akan menggunakan berbagai pendekatan demi memajukan kembali pertumbuhan ekonominya. Pemerintah China berani menghabiskan banyak dana untuk konstruksi.
Pada tahun 2023, tren yang diprediksi juga akan terjadi adalah meningkatnya kebangkrutan. Naiknya suku bunga tentu akan berimbas pada perusahaan atau masyarakat yang sudah meminjam dana terlalu banyak. Imbasnya, kebangkrutan diproyeksikan terjadi pada tahun 2023. Untuk kenaikan harga, komoditas gas dan listrik diprediksi meningkat sekitar 23 persen pada tahun 2023.
Meskipun ekonomi dunia tidak terlalu baik pada tahun 2022, namun Bank Dunia melihat bahwa ekonomi Indonesia adalah yang paling resilien. Ekonomi Indonesia juga akan memperoleh dorongan dari adanya kenaikan harga komoditas. Indonesia adalah salah satu negara yang mampu mengembalikan output ke level sebelum pandemi. Ditambah, kinerja ekonomi dalam negeri juga menguat lantaran kondisi pandemi yang semakin terkendali.
Bagi Indonesia sendiri, fokus utama yang bisa dilakukan adalah dengan menyiapkan berbagai langkah strategis demi menjaga ekonomi nasional agar terus berada di atas pertumbuhan global. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa harga komoditas unggulan Indonesia dan suksesnya Presidensi G20 menjadi satu poin yang mengantarkan Indonesia menuju pemulihan ekonomi.
Melalui keterangan persnya, Airlangga menyebut, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 dibidik sebesar 5,3 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan bidikan outlook ekonomi global dengan target 2,2 persen-2,7 persen di tahun 2023. (RRD)