ECONOMICS

SKK Migas Kejar Target Produksi 605 Ribu BOPD dari 15 Proyek Migas di 2025

Adi Haryanto 06/02/2025 10:54 WIB

SKK Migas menargetkan 15 proyek migas yang berada dalam pengawasannya berkontribusi terhadap pencapaian target produksi minyak dan gas nasional.

SKK Migas Kejar Target Produksi 605 Ribu BOPD dari 15 Proyek Migas di 2025. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menargetkan 15 proyek migas yang berada dalam pengawasannya berkontribusi terhadap pencapaian target produksi minyak nasional sebesar 605 ribu barrel oil per day (bopd) dan 5.628 MMSCFD gas pada 2025.

Sekretaris SKK Migas Luky A Yusgiantoro mengatakan,  tahun ini SKK Migas melakukan pengawasan terhadap 15 proyek migas. Harapannya, proyek-proyek tersebut memberikan kontribusi terhadap target produksi migas 2025.

“Kapasitas fasilitas proyek tersebut adalah 73 ribu barrel oil per day dan 896 MMSCFD gas. Total produksi  dari proyek tersebut 64.913 bopd minyak dan gas 792 MMSCFD,” ujar Luky saat menjadi pembicara dalam webinar di Jakarta Selasa (4/2/2025).

Selain berharap dari 15 proyek migas, SKK Migas juga memiliki tiga strategi untuk meningkatkan produksi migas nasional. Ketiganya adalah optimalisasi produksi dan teknologi, reaktivasi sumur idle dan lapangan idle, serta eksplorasi masif.

Luky mengatakan, tantangan yang dihadapi pada 2024 masih akan ada di 2025. Untuk itu, perlu kolaborasi, tidak SKK Migas dengan KKKS, namun juga Kementerian ESDM, Kementerian/Lembaga lain, serta pemerintah daerah.

Sementara itu, Vice President Production and Project Pertamina Hulu Energi Benny Sidik menyampaikan, PHE yang merupakan Subholding Hulu Pertamina, menjadi sebagai tulang punggung produksi nasional dan akan terus melakukan upaya untuk meningkatkan produksi nasional melalui lima pilar inisiatif yang akan dijalankan secara berkelanjutan.

Pertama, maintance baseline, yakni dengan mengoptimasi asset yang dikelola. Kedua, memastikan ada production growth minyak dan gas, terutama dari recovery maupun EOR.

Ketiga, resource harus berkembang dengan aktif melakukan eksplorasi, pengembangan reserve yang dipercepat. Keempat, PHE akan melakukan merger dan akuisisi mengembangkan produksi secara lebih cepat dengan harapan bisa menemukan sumber daya dan kolaborasi dengan mature internasional yang ada di berbagai belahan dunia.

“Terakhir, kami care masalah environment. Untuk itu, kami pastikan sustainability dengan aktif dalam program transisi, CCS/CCUS, termasuk inovasi yang ada di semua aspek,” kata Benny.

Pertamina melalui PHE tercatat berkontribusi 65 persen dari total produksi minyak nasional dan 34 persen dari total produksi gas nasional. Pada 2024, PHE memproduksi 400 ribu bopd dan 2.460 MMSCFD gas.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menuturkan, permasalahan lifting migas adalah masalah bersama, sehingga kuncinya perlu sinergi dan kolaborasi banyak pihak.

“Perlu dikomunikasikan ke para stakeholder, sehingga bisa mengambil keputusan kebijakan secara tepat,” kata dia.

Menurut Komaidi, dalam konteks Presiden baru, Prabowo Subianto yang menjadikan ketahanan energi menjadi prioritas utama menjadi momentum, mesikipun untuk merealisasikannya tidak mudah.

“Kalau investor di eksplorasi tidak mau ambil risiko, kan jadi susah. Kalau mau mencapai satu juta barrel per day, bagaimana?” ujar Komaidi.

(Dhera Arizona)

SHARE