ECONOMICS

SKK Migas: Petronas Berpotensi Garap Blok Masela

Rizky Fauzan 16/11/2022 18:27 WIB

SKK Migas mengungkap perusahaan raksasa migas asal Malaysia yakni Petronas tertarik untuk berpartisipasi dalam mengelola Blok Masela.

SKK Migas: Petronas Berpotensi Garap Blok Masela. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa perusahaan raksasa minyak dan gas (Migas) asal Malaysia yakni Petronas tertarik untuk berpartisipasi dalam mengelola proyek Lapangan Abadi Blok Masela setelah ditinggal Shell.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, keluarnya Shell dalam konsorsium lapangan abadi Blok Masela di bawah Inpex Corporation membuat terjadi kekosongan.

"Tetapi ini saya kira update saja posisi terakhir Inpex mencoba untuk membangun kolaborasi strategis dengan Pertamina sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah waktu itu," ujar Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (16/11/2022).

"Disaat yang sama Petronas juga tertarik untuk masuk. Dan kalau memungkinkan bisa kerjasama dengan pertamina dalam hal pergantian shell ini," lanjutnya.

Sebagaimana diketahui, Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Malaysia Petronas berminat untuk mengelola lapangan gas bumi abadi Blok Masela di Kepulauan Tanimbar Maluku. Blok ini tadinya akan digarap oleh Shell tetapi kemudian menyatakan mundur dari proyek pengembangan Blok Masela.

"Ada yang nawarin Petronas dia tertarik, kita masih kaji. Petronas tinggal nunggu komitmen pemerintah, mekanisme masih diomongin lanjut. Cuma menyatakan berminat," ujar Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman, kepada media, Jakarta, Selasa (15/11/2022).

Menurut Fatar pemerintah kecolongan karena keputusan yang diambil Shell untuk mundur dari Blok Masela. "Kita kecolongan ketika Shell, pada waktu itu kita yang pertama kali bikin dan bagus sekali di Indonesia dalam term on condition fiskal-nya, dia tidak menerapkan sampai produksi," terang Fatar.

Pemerintah, lanjutnya, merasa sangat kecewa dengan Shell, padahal Shell sebenarnya mampu untuk melanjutkan proyeknya di Indonesia.

"Jadi gini kita harapkan dengan bagusnya term and condition dia Shel kan perusahaan besar, itu dijalankan harusnya ya di tengah jalan dia exit padahal bagus," ujar Fatar.

Oleh karena itu, pemerintah bersama SKK migas dan regulator minyak dan gas lainnya ke depannya sedang melakukan dan membuat aturan bagi perusahaan yang ingin berpartisipasi dalam proyek, tetapi tidak bisa keluar begitu saja.

"Ke depan kalau dapat insentif sampai produksi selesai nggak boleh keluar," ucapnya.

(SLF)

SHARE