SKK Migas Sebut Harga Minyak dalam Volatilitas Tinggi Akibat Perang
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut rentang harga minyak yang sangat tinggi terjadi dalam hitungan bulan, fenomena berbeda seperti di masa lalu.
IDXChannel - Konflik Rusia–Ukraina telah memicu kenaikan harga minyak dunia secara cepat. Setelah sebelumnya harga minyak dunia yang rendah akibat menurunnya aktivitas perekonomian karena pandemi Covid-19.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebut rentang harga yang sangat tinggi terjadi dalam hitungan bulan. Fenomena ini berbeda dengan apa yang terjadi di masa lalu.
Sebelumnya, perubahan harga minyak dunia terjadi dengan rentang harga yang jauh berbeda dan dalam hitungan tahun. "Volatilitas yang tinggi jika dilepas ke pasar tentu akan menimbulkan kerawanan karena jika harga energi mengikuti harga dunia, maka akan terjadi gejolak dan kerawanan sosial ," kata Dwi dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (17/11/2022).
Dengan kondisi tersebut, Dwi menyampaikan pemerintah menjaga stabilitas harga energi, termasuk di dalamnya harga BBM agar tetap terjangkau oleh masyarakat dengan subsidi. Sehingga harga energi di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.
Begitu pula upaya pemerintah untuk menjaga kelangsungan dan keberlanjutan industri nasional dengan harga gas bumi USD6 per MMBTU pada industri tertentu yang harganya jauh di bawah harga gas bumi dunia yang lebih tinggi 2-3 kali lipat.
Dengan begitu, maka ketahanan energi dan kemampuan negara memberikan harga yang terjangkau bagi masyarakat, dipengaruhi oleh kemampuan produksi energi, termasuk di dalamnya minyak dan gas.
"Jika produksi gas melebihi kebutuhan dalam negeri, sehingga sebagian diekspor memperkuat devisa negara. Namun untuk minyak kebutuhan dalam negeri sebagian masih harus dipenuhi dari impor karena produksi dalam negeri masih kurang," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto menyebut bahwa minyak dunia adalah hal yang tidak bisa dikendalikan harga dan volatilitasnya, tidak ada yang bisa menahan dan menentukan harga minyak dunia.
“Tidak satu negara pun bahkan negara yang tergabung dalam OPEC tidak bisa menentukan dan menetapkan harga. Ditambah ancaman terhadap pasokan energi seperti sabotase, aksi peretasan melalui ransomware dan lainnya turut memberikan ketidakpastian terhadap keamanan minyak bagi suatu negara. Serangan ransomware ke Pertamina hingga saat ini terus terjadi," ujar Andi.
Andi mengatakan batu bara menjadi penyelamat Indonesia saat krisis energi di saat negara kita harus meningkatkan anggaran untuk impor minyak yang produksinya masih di bawah kebutuhan.
"Namun seiring komitmen terhadap energi bersih, maka ke depan batu bara menjadi tidak bisa diandalkan," ujarnya.
(FRI)