ECONOMICS

Sri Mulyani Bongkar Tantangan Ekonomi Tersulit di 2023 

Michelle Natalia 02/12/2022 11:13 WIB

Sri Mulyani mengungkap beberapa tantangan yang perlu diwaspadai Indonesia, diantaranya yaitu hambatan di pertumbuhan ekonomi hingga investasi. 

Sri Mulyani Bongkar Tantangan Ekonomi Tersulit di 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Adanya ancaman resesi di 2023 membuat pemerintah Indonesia waspada. Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkap beberapa tantangan yang perlu diwaspadai Indonesia diantaranya yaitu hambatan di pertumbuhan ekonomi hingga investasi

"UU APBN 2023 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi 5,3%. Jadi kalau saya bicara 5,3% itu ada dalam UU APBN 2023. Namun sama halnya setiap kita lihat setiap tahun, selalu ada upside dan downside risks," ujar Sri dalam Kompas 100 CEO Forum 2022 bertajuk "Membuat Terang di Tahun Menantang: 7 Langkah Menavigasikan Pemulihan 2023" secara virtual di Jakarta, Jumat (2/12/2022). 

Kenaikan dari suku bunga dan pengetatan suku bunga, sebut dia, memang didesain untuk memoderasi sisi permintaan, sehingga inflasi tidak menjadi semakin liar. Bahkan Sri menyebut bahwa hal inilah yang pasti akan terjadi, paling tidak setengah tahun lamanya di tahun depan. 

"Interest rate-nya tinggi, inflasinya menurunnya mungkin mulai bertahap. Itu risiko pertama yang harus kita lihat. Dan interest rate yang tinggi beberapa saat, bahkan beberapa pejabat tinggi di The Federal Reserve (The Fed) menyampaikan is gonna be high for relatively long. Ini berarti dampak terhadap ekonomi di negara maju mungkin akan terasa sepanjang tahun 2023," tegas Sri. 

Dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, tentunya adalah satu, kalau suku bunga tinggi, maka terjadi capital outflow. Itu yang sekarang sedang dirasakan. Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia, dalam hal ini termasuk yang terkena capital outflow dari non residen. Pemegang SBN asing kemudian keluar dari Indonesia atau melepas SBN Indonesia, yang juga berarti yield dari SBN akan naik. 

"Soal suku bunga di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terpaksa harus juga menyesuaikan atau adjusting terhadap tren tekanan global ini. Dampaknya terhadap perekonomian tahun depan, seberapa resilien investasi kita tetap bisa bertahan dalam kondisi kecenderungan suku bunga akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Kan itu yang harus kita lihat," ucapnya.

Dia mengatakan, perbankan juga akan melihat pertumbuhan kreditnya mereka akan tetap resilien atau tidak. IPO atau perusahaan-perusahaan yang akan tetap melakukan listing supaya capital dan investment tetap terjadi. 

"Ini adalah hal-hal yang akan dilihat di 2023, apakah investasi bisa tumbuh tetap terjaga di atas 5%, karena kemarin kuartal III (Q3) yang kita tumbuh 5,7% itu investasi tumbuhnya di 4,9%, dekat sekali dengan lima. Jadi kalau investasi bisa bertahan tumbuh di atas 5%," jelas dia. 
Indonesia kata Sri Mulyani masih memiliki harapan bahwa resiliensi dari ekonomi Indonesia akibat kenaikan interest rate karena inflasi tinggi dari gejolak yang ada bisa dijaga. 

"Saya akan lebih bertanya pada CEO disini, Anda confident tidak untuk tetap ekspansi sehingga growth investasi di atas 5%? Itu penting. Yang kedua, konsumsi rumah tangga yang menjelaskan hampir 56-57% dari PDB kita, apakah juga akan tetap bisa tumbuh di atas 5%?," tandasnya. 

(SLF)

SHARE