ECONOMICS

Sri Mulyani Cs Pastikan Stabilitas Sistem Keuangan RI Aman

Michelle Natalia 01/08/2023 16:44 WIB

Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada kuartal II-2023 tetap terus terjaga pada kondisi resilien.

Sri Mulyani Cs Pastikan Stabilitas Sistem Keuangan RI Aman (Foto Michelle)

IDXChannel - Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada kuartal II-2023 tetap terus terjaga pada kondisi resilien.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati selaku Ketua KSSK mengatakan, bersama Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berkomitmen untuk terus melanjutkan perkuatan koordinasi dan sekaligus meningkatkan kewaspadaan perkembangan risiko global ke depan. 

"Termasuk mewaspadai potensi rambatan dampak global terhadap perekonomian dan khususnya sektor keuangan domestik," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK Triwulan-II 2023 di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Dia mewaspadai, ketidakpastian ekonomi global masih tetap tinggi. Memang, lanjut Sri Mulyani, IMF merevisi proyeksi pertumbuhan global menjadi lebih baik di 3,0% yoy untuk 2023 dibandingkan 2,8% di 2022.

"Ini adalah yang dikeluarkan April lalu. Pertumbuhan ekonomi negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan agak sedikit lebih baik dari proyeksi sebelumnya," ucap Sri Mulyani.

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi China tetap sama, namun risiko tertahannya konsumsi dan investasi khususnya di sektor properti dari China akan menghambat dan perlu diwaspadai.

"Tekanan inflasi dari negara-negara maju masih relatif tinggi meski ada tren penurunan. Ini dipengaruhi perekonomian yang masih tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang relatif ketat," sambung Sri Mulyani.

Hal ini mendorong kenaikan suku bunga moneter negara maju, dan Fed Funs Rate sudah naik 25 bps baru-baru ini. Perkembangan ini membuat aliran modal ke negara berkembang lebih selektif dan berpotensi meningkatkan tekanan termasuk nilai tukar di negara berkembang, termasuk ke Indonesia. 

"Oleh karena itu, diperlukan penguatan respons kebijakan untuk kita dapat memitigasi risiko rambatan global," pungkas Sri Mulyani.

(FAY)

SHARE