ECONOMICS

Sri Mulyani: Ketidakpastian Global Bikin Rupiah Menguat dan Volatilitas Pasar Saham

Anggie Ariesta 17/06/2025 16:30 WIB

Dampak terhadap dolar dan rupiah cukup nyata. Meski indeks dolar (DXY) mengalami fluktuasi.

Sri Mulyani: Ketidakpastian Global Bikin Rupiah Menguat dan Volatilitas Pasar Saham. (Foto Istimewa)

IDXChannel - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian. Hal ini termasuk kebijakan fiskal Amerika Serikat (AS), konflik geopolitik, dan negosiasi perdagangan yang belum tuntas.

"Di sisi lain, dengan kebijakan fiskal Amerika Serikat yang sangat ekspansi mengumumkan tariff policy atau yang disebut liberation day kemudian agak sedikit menurun koreksi pada saat adanya upaya untuk bernegosiasi dan duduk bersama dengan RRT dan sekarang melonjak lagi karena negosiasinya belum conclude dan pada saat yang sama muncul perang baru," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Juni 2025, Jakarta, Selasa (17/6/2025).

Dampak terhadap dolar dan rupiah cukup nyata. Meski indeks dolar (DXY) mengalami fluktuasi. “Makanya juga USD terhadap rupiah kita rupiah kita cenderung menguat kemarin,” katanya.

Adapun nilai tukar USD/IDR pada 16 Juni 2025 berada di level Rp16.290, membaik dari titik terendah Rp16.141 seminggu sebelumnya.

Namun, ancaman konflik global dan ketidakpastian kebijakan fiskal ke depan masih mendorong risiko gejolak pasar. Menurut Sri Mulyani, volatilitas dolar AS masih akan terus berlangsung, seiring dengan potensi lonjakan volatilitas di pasar saham.

“Pasar saham juga mengalami peningkatan bahkan sempat melonjak tinggi kalau kita lihat di April 2025 itu melonjak spike-nya tinggi banget hampir mirip pada saat terjadinya Covid,” ujar dia.

Spike tersebut tercatat saat indeks IHSG sempat turun drastis hingga melewati batas auto-rejection sebesar 9,2 persen pada April, mengindikasikan tingginya tekanan pasar akibat kekhawatiran tarif global.

Meskipun gejolak telah mereda, potensi volatilitas tetap terasa. IHSG secara keseluruhan mencatat empat kenaikan beruntun, terakhir naik hampir 3,7 persen dari level terendah pada April.

Sri Mulyani menyimpulkan bahwa dinamika global, mulai dari ekstensi kebijakan tarif AS yang belum disepakati, konflik geopolitik, hingga koreksi di pasar saham menjadi faktor utama yang harus diwaspadai dalam perencanaan fiskal dan sistem keuangan domestik.

(Dhera Arizona)

SHARE