ECONOMICS

Sri Mulyani Pamer Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit hingga Peso

Michelle Natalia 31/01/2023 19:36 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memamerkan penguatan nilai tukar rupiah pada awal 2023 dibandingkan mata uang sejumlah negara lain.

Sri Mulyani Pamer Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit hingga Peso

IDXChannel - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memamerkan penguatan nilai tukar rupiah pada awal 2023 dibandingkan mata uang sejumlah negara lain.

"Di awal 2023, Rupiah mengalami apresiasi dimana tercatat sampai 27 Januari 2023, terjadi penguatan 3,89% year-to-date (ytd) dibandingkan akhir Desember 2022," ujar Sri dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2023 di Jakarta, Selasa (31/1/2023).

Ia menyebut Ringgit Malaysia terapresiasi 3,83% ytd,  Peso Filipina menguat 2,3% ytd, dan Rupee India hanya menguat 1,46% ytd.  Sementara Rupiah menguat 3,89% year-to-date (ytd) dibandingkan akhir Desember 2022. Penguatan tersebut imbas masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik.

"Ini sejalan dengan adanya persepsi positif dari investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang diperkirakan tetap positif, baik, dan stabilitasnya terjaga," ungkap Sri.

Tak hanya itu, penguatan Rupiah juga didorong oleh daya tarik dari imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.

Dari sisi pasar Surat Berharga Negara (SBN), terjadi penguatan yang berlanjut pada awal 2023 yang didorong dengan terjadinya pembelian kembali SBN oleh investor non residen. 

"Hingga 27 Januari 2023, tercatat nett buy oleh non residen yang mencapai Rp48,53 triliun. Penguatan tersebut berhasil menurunkan yield SBN seri benchmark 10 tahun dan penurunan yield 20 basis poin (bps) ytd mencapai level 6,74%," ungkap Sri.

Meski kondisi pasar SBN cukup positif, Sri mengingatkan bahwa tekanan inflasi global di berbagai negara masih persisten tinggi harus tetap diwaspadai.

"Karena ini bisa berpotensi memicu kenaikan suku bunga bank-bank sentral negara maju yang bisa menimbulkan potensi terjadinya pembalikan arus modal," pungkas Sri.

(DES)

SHARE