ECONOMICS

Sri Mulyani Waspadai Sentimen Negatif Pasca Ambruknya SVB terhadap Resiliensi Perbankan

Michelle Natalia 06/04/2023 13:45 WIB

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mewaspadai masalah di sektor keuangan terutama perbankan di AS dan Eropa.

Sri Mulyani Waspadai Sentimen Negatif Pasca Ambruknya SVB terhadap Resiliensi Perbankan. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mewaspadai masalah di sektor keuangan terutama perbankan di AS dan Eropa. Jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank besar lain yang kemudian menimbulkan banyak sekali perhatian dan sentimen mengenai seberapa resilien lembaga-lembaga keuangan, terutama perbankan di AS dan Eropa.

"Kalau di Eropa, kita lihat Credit Suisse Bank adalah bank terbesar kedua di Swiss yang selama ini terkenal sebagai surganya stabilitas perbankan di dunia, tidak cuma di Eropa. Pada 15 Maret lalu, bank ini mengumumkan harga saham yang turun hingga lebih dari 20%," ujar Sri dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 secara virtual di Jakarta, Kamis (6/4/2023).

Dia menerangkan, Credit Suisse disebut surganya stabilitas perbankan di dunia karena biasanya kalau seluruh negara mengalami kegoyahan di nilai tukarnya, mereka semua akan lari ke bank raksasa Swiss itu.

"Sama seperti dengan AS. Persepsi stabilitas itu sekarang hancur dengan munculnya permasalahan di SVB dan Credit Suisse Bank," jelasnya.

Sri Mulyani menerangkan, hal ini merupakan sesuatu yang harus diwaspadai. Sebab, AS dan Eropa di dalam menaikkan suku bunga secara ekstrem untuk mengendalikan inflasi.

"Sehingga memberikan dampak yang tidak kecil terhadap stabilitas sektor keuangannya," jelasnya.

Pilihan-pilihan kebijakan, sebut dia, menjadi sangat-sangat dilematis, antara memilih stabilitas dari sisi pengendalian inflasi, atau stabilitas dari sisi lembaga keuangannya. 

"Dua-duanya sebenarnya tidak bisa dipilih. Banyak situasi sebagai policy maker, sering kita dihadapkan pada pilihan yang dua-duanya tidak ingin kita pilih. Karena dua-duanya dianggap penting, sama seperti memilih antara ayah atau ibu," papar Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, hal ini adalah kondisi pembuat kebijakan yang paling sulit, yaitu ketika dihadapkan situasi dilema.

"Atau sering dalam bahasa ekonominya adalah trade-off pilihan yang tidak mengenakkan antara yang satu ada konsekuensi politik, sosial, atau ekonomi, dan yang satu lagi juga sama menyakitkannya secara sosial, politik, atau ekonomi," pungkasnya.

(YNA)

SHARE