Sri Mulyani Yakin Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen di 2022, Ini Alasannya
Menkeu Sri Mulyani yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5% sampai 5,3% pada 2022.
IDXChannel - Pemerintah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5% sampai 5,3% pada 2022. Proyeksi tersebut mempertimbangkan perlambatan ekonomi yang biasa terjadi pada akhir tahun.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2022 akan sedikit mengalami moderasi, terutama mempertimbangkan siklus perekonomian yang biasanya melambat di akhir tahun, serta high base-effect di kuartal IV-2021.
"Secara keseluruhan tahun 2022, Kementerian Keuangan memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5% sampai 5,3%," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Namun demikian, Sri Mulyani menilai, itu merupakan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang optimistis berdasarkan penguatan data ekonomi makro di Tanah Air.
"Jadi kalau pemerintah optimis, itu karena emang ada landasan objektifnya, yakni berbagai indikator ekonomi makro yang terus menguat, implementasi berbagai kebijakan yang cukup efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, pengelolaan APBN yang pruden," jelasnya.
Pengelolaan APBN ini, diakuinya juga responsif dan efektif sebagai instrumen countercyclical sekaligus sebagai peredam gejolak, sehingga keberlanjutan pemulihan
ekonomi nasional dapat terus dijaga.
"Intervensi kebijakan pemerintah dilakukan, baik dari sisi supply melalui berbagai insentif fiskal dan dukungan pembiayaan, bersinergi dengan otoritas moneter dan
sektor keuangan, maupun dari sisi demand untuk mendukung daya beli masyarakat baik dalam bentuk berbagai program bansos, subsidi maupun pengendalian inflasi,“ tegas Sri Mulyani.
Di tengah optimisme pemulihan yang terus berjalan, kata Sri Mulyani, meningkatnya risiko ketidakpastian serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik perlu terus diantisipasi.
"PMI manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam 2 bulan terakhir. Tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang," jelasnya.
"Aliran modal ke luar meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal sebagaimana kita saksikan belakangan ini," Sri Mulyani menambahkan.
Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III-2022 tercatat sebesar 5,72% (yoy). Menguatnya pemulihan ekonomi nasional juga ditunjukkan oleh pertumbuhan secara kuartalan 1,8%. Dengan tingkat pertumbuhan ini, level PDB nasional secara kumulatif hingga kuartal III-2022 berada 6,6% di atas level kumulatif kuartal I-III 2019.
“Kita kemarin menyaksikan rilis data PDB kuartal ketiga oleh BPS di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72%, sedikit di atas angka proyeksi Kementerian Keuangan yang sebesar 5,7%," paparnya.
"Pencapaian ini mencerminkan terus menguatnya pemulihan ekonomi nasional di tengah peningkatan ketidakpastian prospek ekonomi global,” lanjutnya.
Dari sisi pengeluaran, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih relatif tinggi sebesar 5,4% (yoy). Hal ini sejalan dengan beberapa indikator konsumsi masyarakat, termasuk rata-rata Indeks Penjualan Riil yang tumbuh 5,5% pada kuartal III-2022 (yoy).
Berbagai langkah pengendalian inflasi melalui TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) serta penguatan program perlindungan sosial dalam rangka mitigasi dampak penyesuaian harga energi melalui program Bantuan Subsidi Upah, Bantuan Langsung Tunai, serta penyaluran bantuan melalui
pemerintah daerah, cukup efektif dalam menjaga kesinambungan pemulihan daya beli masyarakat.
Hal ini ditunjukkan oleh tingkat inflasi yang relatif terkendali dan tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya. Sementara itu, konsumsi pemerintah terus melanjutkan normalisasi seiring dengan kondisi penyebaran kasus COVID-19 yang jauh lebih terkendali.
Meskipun konsumsi pemerintah secara tahunan masih terkontraksi sebesar 2,9% (yoy), namun konsumsi pemerintah dapat tumbuh 11,7% (qtq) dibandingkan dengan kuartal II-2022. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) menguat sejalan dengan meningkatnya aktifitas ekonomi nasional dan membaiknya keyakinan pelaku usaha.
Tingkat pertumbuhan PMTDB atau investasi meningkat dari sebelumnya 3,1% di triwulan II menjadi 5,0% di kuartal III (yoy). Secara kuartalan, investasi kuartal III tumbuh 6,5% (qtq) dibanding kuartal II. Investasi non-bangunan, khususnya mesin dan kendaraan komersial, tumbuh pesat sebesar 17,1% (yoy).
Di tengah tren melambatnya perekonomian global, kinerja neraca perdagangan Indonesia masih kuat. Ekspor terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Demikian juga dengan impor yang tumbuh kuat dalam rangka mendukung kebutuhan pasokan untuk ekspansi produksi dalam negeri.
Ekspor secara riil tumbuh 21,6% (yoy) di kuartal III-2022, sementara impor tumbuh 23,0% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan postitif seluruh sektor.
Hal ini menunjukan roda perekonomian telah kembali bergerak hampir merata di semua sektor ekonomi. Sektor primer nasional tumbuh cukup resilien, didukung oleh peningkatan permintaan ekspor atas produk-produk unggulan dan pemenuhan kebutuhan kegiatan hilirisasi dalam negeri.
Sektor manufaktur tetap melaju seiring dengan ekspansi produksi dan penguatan permintaan dalam negeri maupun produk ekspor. Pada kuartal III sektor manufaktur tumbuh sebesar 4,8% (yoy).
Geliat sektor industri yang terus terjaga ditunjukan oleh indikator PMI manufaktur yang secara konsisten berada di zona ekspansif. Pertumbuhan sektor terkait hilirisasi sumber daya alam tumbuh kuat, termasuk industri logam dasar yang tercatat tumbuh 20,2% (yoy).
Sementara, industri tekstil dan pakaian jadi serta sektor alas kaki dan barang dari kulit mampu tumbuh tinggi, masing-masing sebesar 8,1 dan 13,4% (yoy), terutama didorong oleh peningkatan permintaan dalam negeri dan ekspor dari negara mitra dagang.
Kinerja perekonomian yang kuat juga selaras dengan kualitas pemulihan ekonomi yang terus terjaga, ditandai dengan berlanjutnya perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Agustus 2022. Secara umum, tingkat pengangguran konsisten menurun 0,6 persen poin hingga ke level 5,9% di Agustus 2022 dibandingkan 6,5% pada Agustus 2021.
Pertumbuhan ekonomi mampu menyerap tenaga kerja hingga 4,25 juta orang dalam kurun waktu Agustus 2021-Agustus 2022.
(FAY)