Stadion Kanjuruhan Bakal Dirobohkan, Proyek Pembangunan Bakal Menjamur?
FIFA juga menegaskan pembiayaan pembangunan stadion bisa bersumber dari dana pemerintah, dana swasta, ataupun skema blended finance yang menggabungkan keduanya.
IDXChannel - Tragedi Kanjuruhan meninggalkan duka mendalam bagi dunia sepak bola Tanah Air. Ratusan jiwa melayang dalam insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar stadion Kanjuruhan dirobohkan setelah bertemu dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, Selasa (18/10).
Keduanya sepakat, tragedi Kanjuruhan menjadi pelajaran yang sangat penting bagi persepakbolaan di Indonesia dan dunia. Jokowi juga menyebutkan akan dilakukan pembenahan dan evaluasi dalam penyelenggaraan sepak bola di Tanah Air.
"Tadi saya juga menyampaikan dan FIFA mengapresiasi untuk Stadion Kanjuruhan di Malang akan kita runtuhkan,” ujar Jokowi dalam keterangannya di Istana Merdeka.
Usai dirobohkan, kata Presiden Jokowi, Stadion Kanjuruhan akan dibangun lagi sesuai dengan standar FIFA.
"Kita (akan) bangun lagi sesuai dengan standar FIFA," ujar Jokowi.
Jokowi menambahkan, tidak hanya akan dibangun sesuai standar FIFA, Stadion Kanjuruhan juga akan menjadi contoh stadion dengan beragam fasilitas yang baik dan layak untuk pertandingan sepak bola.
"Stadion Kanjuruhan akan menjadi contoh standar stadion dengan fasilitas-fasilitas yang baik, menjamin keselamatan penonton dan pemain dan juga untuk suporter," kata Jokowi.
Mengutip FIFA, stadion yang berkapasitas minimal 40 ribu penonton harus memenuhi luas yang bisa menampung penonton untuk pertandingan-pertandingan internasional seperti Piala Dunia. Sementara stadion dengan kapasitas terkecil yakni, untuk sekitar 250 penonton yang diperuntukkan bagi komunitas dan tempat latihan biasa. (Lihat tabel di bawah ini.)
Kategori Stadion Standar FIFA
Sumber: FIFA
Potensi Cuan Proyek Stadion
Pembangunan sebuah stadion tentunya memerlukan anggaran besar. Mengutip FIFA, banyak standarisasi yang harus dipenuhi terutama dalam hal kualitas konstruksi, perhitungan dampak lingkungan, pemilihan lokasi, hingga kelayakan dan keselamatan stadion.
Sebuah stadion memang bisa menjadi magnet ekonomi suatu negara. Sebut saja Inggris yang saban tahun memperoleh berkah dari football tourism ini.
Otoritas Football Tourism Inggris melaporkan pengunjung luar negeri yang pergi ke pertandingan sepak bola menghabiskan total £1,4 miliar pada 2019. Angka ini naik 84% dari £742 juta dibandingkan yang dihabiskan pada tahun 2011.
Oleh karenanya, pembangunan stadion menjadi salah satu proyek menjanjikan yang dapat menimbulkan efek ekonomi berganda.
Sementara banyak stadion di Indonesia yang masih di bawah standar FIFA, terutama bagi peruntukan Liga 2 dan Liga 3.
Namun, pembangunan sebuah stadion tidaklah murah.
Sebagai perbandingan, Stadion baru di Qatar yang akan digunakan untuk gelaran FIFA World Cup 2022 menghabiskan anggaran USD6,5 miliar hingga USD10 miliar.
Beberapa stadion standar FIFA lainnya, seperti Tottenham Hotspur Stadium di Inggris yang pembangunannya selesai pada 2019 lalu menghabiskan dana £1 miliar atau setara Rp1,74 triliun (kurs Rp17.443,66 per £).
Stasiun berkapasitas 62 ribu ini, awalnya diperkirakan menelan biaya sekitar £400 juta tetapi karena adanya pembengkakan dan devaluasi mata uang, akhirnya menelan biaya lebih dari dua kali lipat pada perkiraan awal.
Selanjutnya Stadion SoFi di California berkapasitas 70 ribu dibangun dengan biaya mencapai USD5,5 miliar atau setara Rp85,57 triliun (Kurs Rp15.558 per USD).
Markas baru untuk klub football Amerika Serikat (AS), Los Angeles Rams dan Los Angeles Chargers, ini selesai dibangun pada bulan September 2020 lalu dengan fasilitas yang super lengkap dan akan menjadi tuan rumah Super Bowl 2022. Stadion ini juga didapuk menjadi lokasi upacara pembukaan dan penutupan Olimpiade 2028.
FIFA juga menegaskan pembiayaan pembangunan stadion bisa bersumber dari dana pemerintah, dana swasta, ataupun skema blended finance yang menggabungkan keduanya.
Seperti Stadion SoFi, dibiayai secara pribadi oleh kerajaan bisnis Stan Kroenke. Seperti diketahui secara luas, Kroenke adalah miliarder Amerika Serikat (AS) yang merupakan pemilik Kroenke Sports & Entertainment, perusahaan induk klub sepak bola Inggris, Arsenal F.C.
Stadion ini awalnya diperkirakan menelan biaya di bawah USD2 miliar. Tetapi setelah banyak penundaan konstruksi dan pembengkakan biaya, Stan Kroenke harus merogoh kocek lebih dalam.
Setelah meminjam tambahan USD500 juta dari National Football League (NFL) untuk menyelesaikan proyek, Stadion SoFi akhirnya dibuka pada tahun 2020 di era pandemi Covid-19.
Skema Pembiayaan Pembangunan Stadion Berdasarkan Rekomendasi FIFA
Sumber: FIFA
Di Indonesia, mengutip Okezone, terdapat 14 stadion berstandar FIFA dan layak menggelar pertandingan Internasional. Salah satu yang terkenal dan baru saja selesai dibangun adalah Jakarta International Stadium (JIS) yang mempunyai kapasitas 82.000 penonton.
PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai kontraktor menuturkan pembangunan JIS menelan anggaran Rp4,5 triliun dengan anggaran bersumber dari dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Adapun JIS dibangun dengan konsep multiuse, yakni dapat difungsikan sebagai tempat menjual merchandise, maupun retail.
Menurut Jakpro, biaya perawatan stadion juga tidak murah. Pihak Jakpro mengungkapkan biaya perawatan dan operasional Jakarta International Stadium (JIS) mencapai Rp60 miliar per tahun. Direktur Utama PT JakPro Widi Amanasto menjelaskan rincian kebutuhan pemeliharaan operasional JIS tersebut.
"Per tahunnya sekitar Rp 50 miliar hingga Rp60 miliar diperlukan untuk biaya pemeliharaan seperti operasional house keeping, security, mechanical, dan electrical," kata Widi dikutip 13 September lalu.
Sayangnya, besarnya anggaran yang digunakan untuk pembangunan stadion di Indonesia kebanyakan masih bersumber dari anggaran pemerintah.
Sebagai contoh, Stadion Manahan Solo yang dibangun dengan anggaran pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebesar Rp301 miliar. Sedangkan stadion Kanjuruhan dibangun sejak tahun 1997 dengan biaya lebih dari Rp35 miliar dan diresmikan pada 2004 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Di tengah upaya pemerintah Indonesia mengetatkan pengeluaran akibat adanya ramalan perlambatan ekonomi tahun depan, rencana pembangunan stadion ini bukan perkara mudah. Apalagi jika dibebankan ke APBN.
Jika pemerintah ingin merobohkan stadion Kanjuruhan, perlu dicari skema kerja sama dengan pihak swasta agar bisa meringankan beban anggaran. Menggandeng Stan Kroenke sebagai investor sepertinya bisa menjadi opsi lebih baik. (ADF)