ECONOMICS

Stok Menipis, Pertamina Butuh 6 Juta KL Pertalite hingga Akhir Tahun

Rizky Fauzan 15/09/2022 11:01 WIB

PT Pertamina (Persero) membutuhkan setidaknya tambahan 6 juta kiloliter Pertalite untuk memenuhi konsumsi hingga akhir tahun.

Stok Menipis, Pertamina Butuh 6 Juta KL Pertalite hingga Akhir Tahun (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Stok bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan solar bersubsidi semakin menipis. PT Pertamina (Persero) membutuhkan setidaknya tambahan 6 juta kiloliter Pertalite untuk memenuhi konsumsi hingga akhir tahun. 

Adapun realisasi penyaluran Pertalite periode Januari-Agustus 2022 sudah mencapai 19,5 juta kiloliter (KL) dari total kuota 23,05 juta KL. Kuota Pertalite sampai tutup tahun 2022 tinggal tersisa kurang lebih 3,5 juta KL.

Sementara itu, realisasi penyaluran solar subsidi oleh Pertamina pada Januari-Agustus 2022 sudah mencapai 11,4 juta KL, sedang kuota penyaluran solar subsidi yang diberikan kepada Pertamina berjumlah 14,9 juta kl pada tahun ini. Artinya, sisa kuota penyaluran solar subsidi oleh Pertamina sampai tutup  tahun tinggal sekitar 3,5 juta kl.

Kuota penyaluran BBM subsidi Pertalite dan Solar diprediksi akan habis sebelum akhir tahun ini. Dalam APBN 2022, kuota Pertalite ditetapkan 23,05 juta kiloliter, sedangkan Solar sebanyak 14,9 juta kiloliter.

"Ini yang saat ini masih kita diskusikan terus terang, sampai tadi pagi sebelum ke sini Bu Dirut (Nicke Widyawati) juga dipanggil Pak Menteri (ESDM), karena tadi pagi saya juga rapat dengan Pak Dirjen membahas yang sama," turur Direktur Pemasaran Regional PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra saat diskusi publik KNPI di Jakarta, Rabu (14/9/2022).

Hingga saat ini belum ada keputusan apakah kelebihan kuota tersebut akan ditanggung pemerintah atau oleh Pertamina. Namun dia menegaskan, Pertamina bisa saja collapse jika harus menanggung seluruhnya.

Kondisi tersebut disebabkan oleh lonjakan konsumsi BBM subsidi yang tidak bisa ditahan walaupun pemerintah menaikkan harganya di 3 September 2022 lalu. Ega menyebut, keputusan setidaknya harus diumumkan di bulan ini.

"Harga sudah naik iya, mengurangi tekanan iya, tapi demand tidak bisa ditahan. Makanya tadi pagi mendadak dilaporkan pagi hari ini, karena harus diputuskan pada bulan September, tidak boleh lewat Oktober," ungkapnya.

Ega membeberkan terdapat potensi anggaran kompensasi pemerintah kepada Pertamina melonjak Rp163 triliun, jauh lebih besar dari anggaran subsidi.

Dia menjelaskan, jika pemerintah tidak mampu membayar kepada Pertamina di tahun ini, maka akan dicatat sebagai piutang yang akan di-carry over di tahun-tahun berikutnya sesuai kemampuan keuangan negara.

"Begitu ada piutang besar pasti kami akan menanggung yang istilahnya time value of money, besaran cost atas itu per tahun bisa Rp7 triliun, jadi tidak ngapa-ngapain kita sudah kena cost duluan, gara-gara ada piutang yang uncertainty," katanya.

Ega memastikan jika Pertamina siap untuk mencari solusi bersama atas kondisi ini, mengingat Pertamina merupakan BUMN yang 100 persen sahamnya dimiliki negara.

(DES)

SHARE