Surplus Neraca Berjalan Jepang Capai Rekor Tertinggi di Saat Nilai Tukar Yen Melemah
Surplus neraca berjalan Jepang mencapai rekor tertinggi pada 2024 di tengah ketidakpastian ekonomi global
IDXChannel- Surplus neraca berjalan Jepang mencapai rekor tertinggi pada 2024 di tengah ketidakpastian ekonomi global
Dilansir Bloomberg, Senin (10/2/2025), pelemahan nilai tukar yen meningkatkan nilai keuntungan investasi luar negeri. Bullish tersebut muncul di tengah kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang belum pasti.
Kementerian Keuangan Jepang melaporkan surplus tersebut mencapai 29,3 triliun yen atau setara Rp3.153 triliun. Angka ini paling tinggi sejak tahun 1985.
Surplus pendapatan primer yang mencapai rekor tertinggi sebesar 40,2 triliun yen atau setara Rp4.304. Angka itu mencakup bunga dan dividen yang diperoleh dari investasi luar negeri mengimbangi defisit dalam neraca perdagangan dan jasa.
Ekonom di SMBC Nikko Securities Inc, Koya Miyamae menyebut pelemahan yen adalah pendorong utama di balik surplus pendapatan primer yang kuat. Yen turun lebih dari 10 persen terhadap dolar pada 2024.
Yen yang lemah meningkatkan keuntungan investasi di luar negeri ketika dibawa pulang.
Data tersebut diperoleh ketika prospek aliran investasi dan perdagangan global semakin tidak pasti karena ancaman tarif Donald Trump dan seruan dari negara-negara lain untuk meningkatkan investasi di AS.
Selain itu, mereka menilai perang dagang baru antara AS dan China kemungkinan besar akan mempengaruhi pengiriman Tokyo.
"Perang dagang AS-China akan memberikan tekanan pada ekspor Jepang, sementara membeli lebih banyak LNG kemungkinan akan meningkatkan impor Jepang," tulis Miyamae dalam catatannya.
"Di sisi lain, investasi perusahaan-perusahaan Jepang di AS kemungkinan akan memberikan tekanan ke atas pada surplus dalam akun pendapatan primer," ujarnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Shigeru Ishiba berjanji kepada Trump untuk meningkatkan investasi Jepang ke AS hingga USD1 triliun. Trump membalas dengan mengatakan Jepang akan mengimpor pengiriman baru gas alam cair Amerika dalam jumlah besar.
Tak hanya itu, kedua pemimpin ini juga mengisyaratkan Nippon Steel akan berinvestasi besar-besaran di United Steel Corp dari pada membelinya.
(Ibnu Hariyanto)