ECONOMICS

Survei East Ventures, 90,1 Persen Perusahaan Digital Buka Lapangan Kerja Baru

Yulistyo Pratomo 18/05/2022 09:19 WIB

Masa pandemi Covid-19 tidak selalu menjatuhkan sektor ekonomi, tetapi juga mempercepat perekonomian ke arah digital.

Survei East Ventures, 90,1 Persen Perusahaan Digital Buka Lapangan Kerja Baru. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Masa pandemi Covid-19 tidak selalu menjatuhkan sektor ekonomi, tetapi juga mempercepat perekonomian ke arah digital. Hal itu juga membuat perusahaan digital turut berkontribusi terhadap lapangan kerja baru.

Berdasarkan survei EV-DCI 2022, 90,1 persen perusahaan digital berkontribusi dalam memancing inovasi dan membuka lapangan kerja baru. Merujuk pada laporan EV-DCI tahun lalu, daya saing digital di Indonesia masih berpusat pada pulau Jawa-Bali, dengan DKI Jakarta menempati posisi pertama.

"Menurut indikator pembentuk indeks, hal ini dikarenakan mayoritas pusat inovasi teknologi digital (universitas dan technology center), pembangunan infrastruktur digital, dan distribusi sumber daya manusia masih terfokus di Jawa," papar Operating Partner East Ventures, David Audy, dalam siaran pers yang diterima tim IDX Channel, Rabu (18/5/2022).

Sementara itu, perkembangan digitalisasi di luar kawasan Jawa juga terlihat dari perubahan beberapa aspek. Dari laporan yang diterbitkan oleh East Ventures memperlihatkan meratanya akses infrastruktur digital, peningkatan pengeluaran untuk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan perbaikan kapasitas pemerintah daerah dalam mendorong daya saing.

"Teknologi digital menghadirkan peluang baru bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif seiring dengan pemerataan akses infrastruktur digital. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mampu meningkatkan pemerataan kompetensi digital dan teknologi tersebut pada setiap sendi perekonomian, khususnya di tingkat daerah," terang David.

Sehingga, peluang pasar yang besar telah mendorong kebutuhan akan daya saing digital di daerah. Penggunaan jasa berbasis aplikasi maupun model gigeconomy berbasis teknologi seperti e-commerce, layanan transportasi online, dompet digital, dan sebagainya, mendulang kinerja yang mumpuni dan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, khususnya dari sisi ketenagakerjaan.

"Pertumbuhan dari startup yang memperluas cakupan daerahnya, termasuk beberapa yang sudah mendapatkan status unicorn, menjadi salah satu pendorong hal tersebut," jelasnya.

Semakin membaiknya daya saing digital dapat menjadi penopang dari pertumbuhan ekonomi digital yang lebih masif, dimana selama tahun 2020 dan paruh awal 2021 tercatat 72% dari 21 juta konsumen digital baru berasal dari area non-metropolitan1. Tingginya jumlah pengguna internet menunjukkan peluang pasar yang besar, terutama ketika lebih banyak teknologi yang diadopsi dalam bisnis dan aktivitas sehari-hari.

Hal ini adalah salah satu faktor yang dapat memicu pembangunan ekonomi digital di suatu daerah. Ketika daerah di luar Jawa mengalami digitalisasi, mereka akan dapat merasakan manfaat dari perkembangan ekonomi digital. (TYO)

SHARE