Survei Twitter: 25 Persen Konsumen Tetap Belanja Daring Meski Mal Mulai Buka
Dari hasil survei di Twitter, 25 persen konsumen mengaku akan tetap berbelanja online meski toko offline sudah buka lagi.
IDXChannel - Sejumlah lokasi usaha, termasuk mal, sudah dapat beroperasi kembali dengan dilonggarkannya sejumlah aturan pada PPKM Level 3 dan 4. Namun demikian, 25 persen konsumen mengaku akan tetap berbelanja online meski toko offline sudah buka lagi.
Country Industry Head pada Twitter Indonesia, Dwi Adriansah, angka itu didapatkan dari hasil survei perilaku belanja online yang mereka lakukan sejak Januari-Juni 2021 lalu. Ditambah kemeriahan momen belanja tahun ini, percakapan seputar belanja di Twitter meningkat signifikan sebanyak 175% hingga Juni 2021.
Sejalan dengan survei Twitter yang menunjukkan adanya peningkatan perilaku belanja online, di mana 38% pembeli online di Twitter menjadikan hal ini sebagai kebiasaan selama masa pandemi yang membuat konsumen lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Konsumen banyak melakukan pencarian dan membicarakan tentang brand, rekomendasi produk, best deal, dan diskon di Twitter. Tereksposnya produk dan brand di Twitter juga berdampak terhadap perilaku konsumen.
Di antaranya meningkatkan keinginan untuk mencari lebih banyak informasi tentang produk (76,6%); meningkatkan keinginan untuk menggunakan kupon / kode diskon (58,4%); dan menginspirasi konsumen menghabiskan lebih banyak waktu mencari penawaran terbaik (best deals) (40,5%)
“Orang-orang datang ke Twitter untuk menemukan dan mencari rekomendasi tentang brand tertentu, melakukan review produk melalui utas, serta mendiskusikan produk yang sedang populer atau ramai dibicarakan. Ulasan di Twitter membantu konsumen untuk memutuskan produk apa yang ingin mereka beli. Pandemi telah mempengaruhi pertumbuhan belanja online karena pergeseran perilaku konsumen yang telah menjadikan belanja online sebagai hal yang lumrah, mengingat mereka lebih banyak berada di rumah selama pandemi. Hal ini sekaligus menunjukkan akselerasi belanja online yang meningkat dari tahun ke tahun,' kata Dwi dalam keterangan persnya, Selasa (31/8/2021).
Dwi menyebutkan, saat ini konsumen semakin terbiasa untuk berbelanja online dan mereka sangat menunggu momen Hari Belanja Online Nasional tahun ini. Jumlah pengguna internet di Indonesia menembus angka 202 juta dan hal ini mempengaruhi penggunaan platform digital untuk berbelanja, terutama jelang momen belanja tahun ini.
"Sebanyak 23% pembeli online setia mengatakan, bahwa berbelanja online memberikan mereka pengalaman yang sama dengan belanja di toko offline. Sementara itu, sebanyak 25% pembeli online di Twitter mengatakan, bahwa mereka akan terus berbelanja online, bahkan setelah toko offline dibuka," terangnya.
Berdasarkan survei Twitter, produk perawatan pribadi (50%) adalah yang paling ingin dibeli secara online oleh pembeli online di Twitter di Indonesia. Kemudian perawatan pribadi (50%), pakaian / alas kaki (49%), produk teknologi (33%), kebutuhan sehari-hari (22%), peralatan rumah tangga (21%), obat dan suplemen (14%)
serta produk asuransi (2%)
Kemudian terdapat sentimen positif pada kondisi keuangan konsumen dan hal ini berdampak terhadap kebiasaan mereka berbelanja online.
Menurut Dwi, pada Mei 2021, pengguna Twitter di Indonesia mencatat sentimen positif untuk kondisi keuangan pribadi mereka (23%). Sejalan dengan itu, sebanyak 86% orang-orang di Twitter berbelanja online dalam enam bulan terakhir (29% pembeli setia).
"Kebiasaan ini juga membuat 70% pembeli online di Twitter di Indonesia mencari produk/toko baru di ranah online. Hal ini membuka peluang yang lebih luas bagi brand untuk meluncurkan produk dan terhubung dengan audiens mereka," sebutnya.
Konsumen, kata Dwi, berinteraksi dengan iklan/informasi di Twitter lalu berbagi rekomendasi produk/brand dengan konsumen lainnya. Pembeli online di Twitter di Indonesia sangat reseptif dan senang berinteraksi dengan konten terkait belanja online yang mereka lihat di Twitter. Mereka datang ke Twitter untuk berdiskusi dan berbagi informasi mengenai pembelian mereka.
"Sebanyak 31% warga Twitter mengatakan bahwa ulasan di Twitter membantu konsumen memutuskan apa yang akan dibeli. Maka dari itu, penting bagi brand untuk menjadi bagian dari percakapan di Twitter," pungkasnya.
Dwi juga menerangkan bahwa, terjadi peningkatan peluang penjualan melalui percakapan di Twitter. Informasi di Twitter menyebar lebih cepat dan lebih luas. Hal ini terlihat dari pertumbuhan orang-orang yang membicarakan brand di Twitter (1,8x lebih cepat dan 2x lebih banyak orang yang membicarakan brand).
"Selain itu, terdapat hubungan antara percakapan di Twitter dengan penjualan, di mana peningkatan percakapan sebesar 10% dapat menghasilkan peningkatan penjualan sebesar 3%," lanjutnya.
Dwi juga mengatakan, percakapan menjadi salah satu pendorong utama bagi konsumen untuk membeli produk secara online. Twitter menjadi tempat bagi para pembeli dan calon pembeli online untuk mencari dan berbagi informasi atas produk yang mereka beli, termasuk melakukan review tentang produk tersebut. Percakapan di Twitter ini lah yang membuat 51,3% pengguna cenderung membeli produk saat ada ulasan dari konsumen lain.
"Sebanyak 37,4% pengguna Twitter di Indonesia cenderung membeli produk ketika ada banyak 'suka' atau komentar bagus di media sosial," tandasnya.
Untuk meningkatkan kesuksesan dalam meluncurkan kampanye atau produk di Twitter, kata Dwi, brand dapat menggunakan tiga format iklan di Twitter, yaitu Take Over Solution dan Custom Solutions.
Seperti misalnya Branded Emoji dan Conversation Button, Engaging Ad Formats yang dapat membantu brand agar konten lebih menarik dan meningkatkan engagement dari konsumen serta penggunaan format-format iklan yang meningkatkan kesadaran konsumen terhadap kampanye (20%) dan keinginan untuk membeli (7%).
Sementara brand-brand terkemuka saat ini dapat menerapkan pendekatan bertahap terhadap konsumen dengan mendengarkan (Listen) kebutuhan mereka, menarik perhatian (Tease) dan luncurkan (Reveal) kampanye atau produk serta perkuat (Reinforce) interaksi dengan konsumen
“Sebagai platform berbasis minat yang mendorong terjadinya percakapan, interaksi menjadi penting di Twitter. Banyak insights yang dapat diperoleh dari percakapan konsumen di Twitter. Dari insights tersebut, brand dapat menyasar audiens mereka dengan menciptakan kampanye dan komunikasi yang lebih efektif. Bukan hanya untuk menarik perhatian, tapi juga untuk berinteraksi dengan mereka. Konsumen pun bisa lebih mudah menemukan brand favorit dan produk unggulannya," tutup Dwi. (TYO)